14+ First Love (2015), Kisah Cinta Pertama dari Sinema Rusia
leschroniquesdecliffhanger.com |
Film ini kudapat tanpa sengaja. Melihat pemainnya masih mudah
belia, bercerita tentang cinta pertama, lalu kulihat peringkatnya di IMDB. Oke,
kuputuskan untuk menontonnya.
Film ini manis sekali. Menceritakan tentang kisah cinta pertama
Alex, seorang siswa SMP berumur 14 tahun, yang tentu saja baru memasuki masa
pubernyanya. Sejak pertama kali melihat gadis itu di taman, Alex penasaran dan
terus berusaha untuk bisa berkenalan. Berbagai cara dilakukan. Stalking di media sosial, menunggunya pulang
sekolah agar bisa melihatnya dari kejauhan (mereka beda sekolah), bahkan nekat
datang ke pesta sekolahnya meski tidak diundang.
Gadis itu bernama Vika, seorang gadis yang cool. Misterius namun tidak neko-neko. Tidak nakal tapi juga bukan
gadis yang pendiam. Akhirnya Alex berhasil mendapatkan nomor ponsel Vika, meski
sebelumnya harus menjadi korban dikeroyok anak-anak nakal dari sekolahnya Vika.
Alex yang biasanya diam dan tidak banyak bicara, berteriak kegirangan
karenanya.
Baca juga: Incendies (2010)
Alur ceritanya pelan tapi tidak membosankan. Dirilis tahun 2015,
jadi di sana-sini muncul piranti teknologi. Masih standar sih, seperti ponsel
dan PC. Namun ada satu adegan ketika Alex mengeluarkan tape jadul yang masih menggunakan kaset milik Ayahnya untuk
mengesankan Vika. Ada juga kaset rekaman sendiri buatan Ayahnya. Mereka tampak
sangat mengagumi benda tersebut. Lalu aku tersadar, ternyata aku sudah jadul
juga π
Karena film ini dari Rusia, sebagai penonton aku cukup terhibur
dengan pemandangan visual yang berbeda. Dari sisi aktor dan aktrisnya,
kekhasannya adalah kulitnya yang pucat dan kontur wajah yang serba runcing -tidak
bulat. Para pemain tampil polos tanpa make up sebagaimana wajarnya remaja usia
14 tahun. Cantik dan gantengnya juga klasik, seperti di buku-buku dongeng HC Andersen.
Dari sisi pengambilan gambar, diceritakan sekilas kehidupan
orang-orang biasa (bukan borjuis dengan harta berlimpah) dan suasana di sekolah
pemerintah. Sebagai penonton yang berasal tempat yang berbeda, melihat kehidupan
sehari-hari dari negara dan budaya lain di film adalah hal yang sangat menarik.
Bukan kehidupan ekstra wah yang sering digadang-gadang di televisi, tapi justru
kehidupan nyata lah yang ingin diketahui penonton supaya bisa belajar hal baru.
Itulah salah satu keajaiban film buat aku.
Baca juga: Film Paling Berkesan Sepanjang 2018
Beberapa kali menonton film non Hollywood membuatku jatuh cinta
karena memberikan sudut pandang yang berbeda. Tidak melulu mempertontonkan
aksi, tapi lebih menitikberatkan pada ide dan jalan cerita yang apik. Sayangnya
akses film non Hollywood masih sulit diakses ya, tidak serta merta ada di
bioskop.
Kembali ke film ini, ternyata soal cinta pertama sama saja ya di
belahan bumi manapun. Kalau diingat-ingat menggemaskan, dan seringnya bikin tersipu π
I recommend Manhattan Love Story... a 2005 movie titled Little Manhattan. Was impressed first time watching it, kinda reminded me of Ricky and me (our childhood Ricky and Zico, hope you remember em π»)
ReplyDeleteWow, thanks. i will put it on my bucketlist :))
ReplyDelete