Woi, Ini New Normal, Bukan Back to Normal!

instagram.com/sellypadi


1043 kasus baru dalam satu hari. WOW.

Kabar terkini covid-19 ini sesungguhnya tidak terlalu mengejutkan. Bukannya berharap ya, tapi dari hari ke hari memang menanjak terus angkanya. Tinggal menunggu waktu saja kapan akan menyentuh angka 1000 per hari. Dan kini, hari itu telah datang rupanya.  

Tidak terlalu mengejutkan juga, karena sepertinya New Normal yang digadang-gadang sebagai kenormalan baru, lebih dianggap sebagai Back to Normal, kembali ke masa indah dulu. Tidak jelas apakah ini kesalahan dalam memahami istilah-istilah kerennya pemerintah, atau ini adalah sebuah bentuk optimisme bahwa semua akan kembali indah pada waktunya. Hmm~ 

Setiap aku pergi ke minimarket, banyak orang yang cuek tidak memakai masker. Anak-anak juga diajak ikut serta. Mereka cuek berlari-larian dan berteriak-teriak di dalam toko. Orang tuanya cuek tidak melarang. Seperti di masa lalu.

Garis batas antrian kasir di lantai juga diabaikan. Kalau ada jarak, malah bisa nyelip dan memotong antrian. Mungkin mereka pikir garis itu hiasan belaka, pemanis yang senada warnanya dengan toko.

Pembatas plastik yang menggantung antara kasir dan pembeli diikat jadi satu ditengah, biar tidak mengganggu kata mbak kasir. Bukannya itu juga buat kebaikan mbaknya ya?

Di jalan raya pun demikian. Orang-orang cuek gak pakai helm, ini sudah dari dulu sih. Karena gak pakai helm, jadi keliatan gak pakai masker. Apa perlu ada polisi masker, buat nilang orang-orang yang pada gak maskeran? Sama halnya seperti helm, masker dipakai buat tindakan pencegahan, Bro. Ya masak sayang sama diri sendiri aja kudu ditegakkan dengan hukum sih?!

Acara berbelanja di tukang sayur pun masih cuek berkerumun. Tentu saja rebutan siapa yang duluan dilayani. Aku lebih baik belanja ke pasar aja deh, yang lebih luas dan banyak pilihan penjualnya. Bisa mengurangi senggolan dengan buibu yang ganas, yang pasti gak sedih karena kalah bersaing.

Karena bosan makan masakan rumah, akhirnya keluar cari jajanan berat. Melihat tukang baksonya cuek gak pakai masker, meluap nafsu makanku. Melihat tukang nasi goreng yang berpeluh, dan gak pakai masker juga, aku batal turun dari motor. Tukang buah juga masih berkoar-koar menjajakan jualannya tanpa masker, huaa sedih. Ah ya sudahlah, masak indomi telor aja di rumah.

Intinya banyak orang mulai mengabaikan protokol kesehatan minimal seperti masker. Ini rangorang punya privilese terhadap covid-19, atau aku saja yang terlalu paranoid???

Sepakat sih, membaca atau mendengar berita soal covid-19 ini memang mulai melelahkan. Kurvanya belum melandai dan masih banyak penambahan kasus per harinya. Mungkin penonton mulai bosan.

Bahkan ada netijen yang menanggapi berita diberhentikannya PSBB di sebuah kota, dengan berkata bahwa memang seharusnya begitu karena penyakit ini juga gak bener-bener ada. Hlah.

Please deh, justru informasi yang melelahkan ini jadi motivasi untuk menjaga diri lebih baik lho. Apa sih susahnya menjaga diri demi kesehatan? Apa sih susahnya pakai masker? Rajin sedikit cuci tangan?

Gak ada ruginya, Bro. Yang paling diuntungkan ya diri sendiri, dan orang-orang yang kita sayangi di sekitar kita. Kita menjaga diri kita buat kebaikan kita sendiri. Bukan buat orang lain.

Kenapa pemerintah berkoar-koar dan “mendoktrin” protokol kesehatan kepada warganya? Buat pemerintah? Tentu saja bukan. Buat kebaikan warga sendiri. Pemerintah itu sudah repot dengan segala tetek bengek covid-19 ini. Ngumumin perkembangan kasus dan mikirin ekonomi negara sudah cukup bikin gak bisa tidur. Mana sempat pemerintah mikirin satu-satu warga yang risikonya tinggi karena ulahnya sendiri? Pikir aja ndiri, ke rumah sakit noh, kalau masih di terima sama dokter karena banyak rumah sakit sudah overload.

Pasien covid-19 itu sudah naujubilah jumlahnya di rumah sakit. Dokter dan perawat sudah bosan atuh mah. Banyak pasien yang diminta untuk swa karantina di rumah masing-masing. Apalagi sama kamu yang gak peduli untuk mencegah diri sendiri dari covid-19, tapi kalau sakit ujung-ujungnya ke dokter juga? Heloo, gak penting tauk. Noh ke laut aja sana, gak usah ke dokter.

Kalau kira-kira masih butuh orang lain, please jangan gak peduli deh sama diri sendiri. Elu aja malas jaga diri, jangan ngarep orang lain peduli! 


Baca juga: Another Self Love Story, Promises to Myself

Comments

  1. Tos banget mbak. Samaan. Di daerahku jg skrg pd bandel. Pd abai. Pd bodo amat. Bahkan ada yg percaya kl corona itu nggak ada. Cuma isu. Ya gustiiii. Sejauh ini ketika temen2 pd keluar makan nongkrong. Aku berasa makin ngeri, keluar ke mini market aja takut bukan main. Kudu bener2 jaga jarak dan jaga kebersihan. Semoga kita sehat selalu ga mbak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya banyak banget ini ternyata di mana2. Lama2 pusing mikirin ini. Mending fokus jaga diri dan keluarga kita saja deh. Kalau mau sehat ya jaga diri. Amin, semangat sehat ya Mbak

      Delete
  2. sekarang kalo keluar rumah diusahakan nggak lupa bawa hand sanitizer, kalau masker buatku sudah dari dulu make, karena kalo pergi sering naik motor, jadi masker wajib
    dan kalaupun ke supermarket usahakan mengantri sesuai garis yang sudah ditentukan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku juga nih. Pokoknya disiplin buat diri sendiri aja deh, biar sehat dan aman buat keluarga di rumah. Semoga kita semua diberi kesehatan, amin.

      Delete
  3. gemes ya mba, masalahnya si carrier nya ini gak kena covid tapi bawa si covid kemana mana, bisa nular ke yang daya tahan tubuhnya kurang, bahaya kan, apa pada gak ngerti ya? aku juga gemes sama keluhan di sosmed yang ngeluh kapan normal, mall udah buka, tempat piknik udah buka, sekolah kapaannn? pengen rasanya bilang, "elu aja sono nyang sekolah, anak gue mah mau gue karantina aja ampe pandemi kelar" . tapi ga mungkin ka ya, hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, gak habis pikir deh kalau berharap anak2 kembali ke sekolah. Wong ada yang pilek saja biasanya gak masuk sekolah kok, apalagi ini covid-19 yak?! Gak bisa percaya deh sama anak2 untuk bisa menjaga diri wkwk

      Delete
  4. Gitu lah mbak, ntah orang2 ini sudah lelah atau mulai abai masa bodo. Udah gak nampak lagi ada ketakutan di masyarakat kita.

    ReplyDelete
    Replies
    1. aku juga bosan sih, tapi harus menerima kenyataan juga, bahwa hidup sudah beda caranya, gak bisa kayak dulu lagi sebelum corona

      Delete
  5. Sepertinya setelah 3 bulan menjalani masa karantina, udah banyak yang cabin fever dan pengen keluar untuk relaksasi. Bisa dipahami sih. Yang disayangkan itu banyak yang ga patuh protokol kesehatan. Berhubung kalo diingetin kadang suka lebih galak yang diingetin, jadinya kalau saya sekarang lebih ke proteksi diri sendiri aja. Memastikan pakai masker dengan benar, cuci tangan, menjaga jarak, dll. Cuma tetap kesal juga sih kalo lagi ngantri di minimarket tiba-tiba ada yang ngantri mepet-mepet seolah ga ada apa-apa. :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul Bang. Gak bisa ngelarang orang keluar karena kebutuhannya beda2. Yg gemes itu mbok ya dijaga dirinya dan sekitarnya. Buat kebaikan diri sendiri juga kok

      Delete
  6. Ini back to normal mbak. Hehe.. Sekarang orang-orang udah kayak burung lepas dari kandang. Lupa virusnya masih ada.

    ReplyDelete
  7. Aku dan anak-anak menghindari banget keluar rumah, udah 3 bulan lebih ini. Cuma suami yang keluar-keluar beli kebutuhan rumah tangga dan urusan kerjaan. Jaga diri sendiri deh, dan otomatis itu udah jaga orang lain juga kan... sayangnya masih banyak yang cuek ya.. dan new normal malah disalah tafsirkan, huhu..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul Mbak, kebetulan di rumah aku yang mendapat tugas luar buat belanja kebutuhan RT. Bener-bener menjaga diri dan sesampainya di rumah langsung bebersih dan ngotorin baju. Demi keluarga juga sih. Kalau keluarga lain mau santuy dan cuek, ya terserah deh hehehe

      Delete

Post a Comment

Halo, terima kasih sudah membaca. Tinggalkan komentar ya, biar aku bisa balas BW 😊

Popular posts from this blog

14+ First Love (2015), Kisah Cinta Pertama dari Sinema Rusia

[REVIEW BUKU] My Sister’s Keeper by Jodi Picoult

Menyambut Hari Tua dengan Memiiliki Asuransi Berbalut Investasi