It’s Okay to Not Be Okay, Toxic Parents itu Memang Ada, Tapi...

instagram.com/sellypadi



Mumpung lagi ngehits banget di dunia perdrakoran, aku ingin turut meramaikan juga. Bukan soal review filmnya sih, karena udah banyak banget dijagat maya, hehe

Buat penyuka drama keluarga seperti aku, serial ini cocok banget ditonton buat belajar lagi soal psikologi. Terdengar berat ya? Hehehe ini serius mode on ya. Salah satu alasan kenapa aku suka nonton drakor karena aku banyak belajar dari sana. Kelihatannya memang cuma cewek dan cowok Korea unyu-unyu yang seliweran -yang memang iya banget sih. Tapi lebih jauh lagi, aku kagum banget sama keseriusan penulis skenario dalam mengangkat topik-topik yang khusus dan sensitif. Paling ndak, investasi (menolak dibilang membuang waktu) minimal 16 jam hidupku untuk menyelesaikan satu serial tidak sia-sia, karena memang aku belajar sesuatu dari situ. Tambah pinter sikit lah habis 1 serial πŸ˜„πŸ˜„

Okidoki, back to the series.

Fyi, saat artikel ini ditulis, serial ini belum selesai. Tapi gpp, karena aku memang bukan mau membahas ending film ini.

Buatku film ini cukup menguras air mata. Di sepanjang film aku merasa tertampar dengan segala topik tentang toxic parents. Tbh, kasusku bukan yang parah sih. Aku rasa setiap anak pastilah pernah merasa dianaktirikan dan dibandingkan (biasanya sama saudara kandung yang lain), merasa kurang disayang dan diperhatikan, merasa tidak diterima ketika gagal, merasa dituntut macam-macam yang sepertinya orang tua tidak pernah terpuaskan, dan merasa diatur-atur seolah boneka tanpa jiwa, dan masih banyak lagi.

Perasaan-perasaan ini jelas ada dan dirasakan si anak. Entah itu benar-benar dilakukan oleh orang tua dengan sengaja atau tidak, itu soal lain. Perasaan anak ini yang perlu diakui. Kadang ketika anak mengungkapkannya (biasanya terjadi ketika anak marah, karena sudah muntab), yang ada orang tua defensif, tidak mau mengakui, bahkan mungkin kembali menyalahkan anak. Akhirnya si anak semakin merasa tidak didengarkan dan perasaannya tidak diakui. Which is menyakitkan.

Dari sisi orang tua. Aku rasa tidak ada orang tua yang sungguh-sungguh bermaksud menyakiti anak-anaknya. Aku rasa itu tidak mungkin terjadi.

Yang ada adalah, mereka sendiri sedang mengatasi kesulitan-kesulitannya sendiri. Masalahnya dengan pasangan, keruwetan di pekerjaan, atau perasaan-perasaan yang juga tidak diakui oleh pihak lain. Disaat yang sama, mereka menjadi orang tua yang harus menghadapi anak-anak ini. Yang sialnya mungkin tidak berada di waktu dan tempat yang tepat.

Akhirnya bhamm. Pertemuan dua kubu ini bikin kekacauan. 


Baca juga: Belajar dari Drakor Reply 1988, Orang Tua dan Anak Berhak Bahagia


Andai saja mereka bisa duduk bersama, saling mengungkapkan apa yang mereka masing-masing rasakan. Tentu keluarga akan menjadi tempat yang indah buat semuanya. Banyak masalah bermula dari ketiadaan komunikasi dari hari ke hati. Berbagai asumsi, dugaan, kecurigaan akhirnya berkembang tidak tentu arah.

Kalau saja ada yang mau memulai dan ada yang menyambut, tentu kesalahpahaman ini bisa sedikit teratasi. Diibicarakan dengan kepala yang dingin dan tangan terbuka siap menerima kritik, demi hubungan yang lebih baik. Aku rasa ini juga bisa berlaku buat semua jenis hubungan antar manusia.

Buat anak-anak yang senasib sepenanggungan, aku sekarang sudah di fase, it is okay to not be okay. Gakpapa kalau kamu merasa marah dan pingin teriak ke orang tua kamu. Gakpapa karena punya perasaan itu bukan sebuah dosa. Apa yang kamu rasakan, akui. Gakpapa.

Setelah itu kamu bisa cari cara mengatasinya. Kalau memang perlu menjauh sejenak, lakukan. Daripada ribut cuma debat kusir tak berkesudahan yang tidak efektif, lebih baik menjauh. Kadang jarak justru mendekatkan kita lho, trust me 😊

Ini bukan akhir dunia. Kita bisa kok raih hal-hal yang membahagiakan dengan cara yang berbeda. Asalkan kamu juga mau ambil langkah yang berbeda. Seperti matahari yang terbenam di senja sana, besok akan datang lagi hari yang baru. Yuk, semangat, yuk!

 

Comments

  1. Setuju mba Kartika, nggak ada orang tua yang mau menyakiti anaknya, cuma mungkin karena keadaan atau masalah yang dipunya, kadang orang tua tanpa sengaja menjadi toxic untuk anak-anaknya. However, orang tua juga manusia bukan malaikat, sama seperti kita, punya pola pikir personal, sudut pandang, permasalahan dan lain sebagainya 😁 plus menjadi orang tua nggak ada sekolahnya, that's why semua orang tua di dunia bisa menjadi orang tua karena belajar dari pengalaman sambil trial error dan meraba-raba πŸ™ˆ

    Percayalah, deep down inside, orang tua selalu ingin membahagiakan anak-anaknya, dan it frustrate them kalau mereka nggak bisa memberikan yang terbaik sesuai harapan mereka apalagi kalau justru jadi beban untuk anak ~ meski mungkin di luar mereka terlihat keras, tapi siapa yang tau isi hati manusia. Bisa saja disepertiga malam, mereka menjadi satu-satunya orang yang mendoakan kita πŸ’•

    So, selagi bisa dibicarakan, better dibicarakan apapun masalahnya dan bagaimana kelak reaksi-reaksinya. Thanks for reminder ya, mba 😍

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama2 mbak Eno, meskipun sebenarnya ini lebih ke curhat sih daripada mengingatkan hehehe

      Beruntung sekali aku sudah melampaui masa2 kelam berprasangka buruk sama orang tua. Panjang banget sih perjalanannya, tapi akhirnya aku bisa memahami sedikit dari sisi mereka, dan dari situ aku belajar memaafkan. Tentu saja sampai hari ini masih banyak yg bisa didebat bersama orang tua, tapi untungnya dengan sudut pandang yang berbeda.

      Mbak Eno, terima kasih juga sudah menambahkan, bahwa orang tua yang doain kita selalu. Huhuhu jadi sedih lagi deh πŸ˜₯

      Delete
  2. menjadi orang tua itu tidak mudah. satu raga yang memiliki banyak peran, membagi waktu dalam banyak hal. saat ada masalah dengan pasangan atau masalah dari luar, tak sedikit anak jadi pelampiasan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak, betul sekali. Sama halnya menjadi seorang anak juga tidak mudah. Orang tua tetap wajib jadi orang dewasa yang mengayomi dan menyayangi anak2nya.

      Semoga kita semua bisa menjadi orang tua yang lebih baik daripada orang tua kita terdahulu.

      Delete
  3. saat anak2 masih kecil paling sulit tapi sejak anak besard an bisa diajak diskusi lebih enak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Begitu ya Bu. Iya sih, semakin besar anak2 sudah punya pemikiran dan pendapat sendiri. Harus dihargai dan didengarkan. Sehat terus Bu, bersama anak2 juga 😊

      Delete
  4. Sebaliknya, saya setelah pny anak jadi nyesel dulu suka gak dengerin ortu :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Apakah berasa karma gitu Bang? Hehehe
      Yah tulisan ini memang dari sudut pandang anak, perlu juga masukan dari sudut pandang orang tua.
      Semoga dengan berusaha memahami dari sisi orang tua, aku juga bisa lebih selow

      Delete
  5. Kadang memang ada orang tua yang membandingkan anaknya, tapi di lingkungan saya bukan dengan saudara lainnya tapi biasanya dengan anak orang lain.

    Kenapa kau tidak bisa seperti itu sih. Si A sudah punya rumah, kamu masih ikut mertua saja. Si B punya mobil kamu cuma motor dll.

    Akhirnya si anak bukannya terpacu atau semangat tapi malah minder.πŸ˜‚

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yah itulah Mas. Mgkn maksd hati ortu untuk memotivasi. Tapi tiap anak kan beda2, jadinya malah demotivasi. Perlu dikomunikasikan ya biar gak terus2an terjadi sampai dewasa.

      Delete
    2. Betul sekali, sebaiknya memang komunikasi kan agar lebih enak. Anak tidak tertekan, orang tua juga mengerti.

      Delete
  6. setiap orang dibesarkan dengan background yang berbeza. kerana itu wujudnya toxic parents. tapi kita boleh prevent diri daripada menjadi seperti ini. cukuplah ibu ayah kita yang toxic. usah diperpanjangkan lagi sikap ini kepada anak-anak / waris

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul Mba Anies, kalau sudah menyadari masalah ini, kita harus mencegah biar tidak terulang ke anak2 kita. Biar tidak jadi lingkaran setan yaa

      Delete
  7. Betul sekali.
    Saya bahkan bisa memaafkan kedua ortu, meski di satu sisi masih ada yang ganjal, tapi setidaknya saya jadi mengerti, kalau orang tua tidak ada yang tidak sayang dengan anaknya, even mereka memukul anaknya sekalipun.

    Kayak ibunya lakon utamanya itu, dia gitu karena memang depresi yang dia alami.
    Kalau normal, nggak mungkin dia tega membunuh orang tanpa rasa takut

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mbak Rey, kalau kita mau memahami jadi lebih mudah untuk memaafkan. Dan harus berjuang menyembuhkan diri agar tidak terulang ke anak2 kita kelak

      Delete
  8. Drama it's okay ini juga memberi aku banyak pengetahuan baru dalam bidang psikologi, kak. Dan, ini yang aku suka dari drama It's okay selain pemeran utama cewek yang cantik banget! Hahaha.

    Menjadi orang tua itu memang sulit, dan kejadian soal membanding-bandingkan ini juga sering aku dapatkan dulu >.< Tapi, itu nggak membuat aku sampai sakit hati, hanya saja jadi malas kasih tahu ortu tentang pencapaian orang lain, soalnya malas jadi dibanding-bandingi >.<

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha bener juga ya tips dari kamu, biar mereka tahu hanya kitalah yang terbaik :))

      Samaaaaa Liaaaaaa!
      Aku juga suka banget sama pasangan KMY dan MGT. Ceweknya super cantik dan ngegemesin. Meski gayanya super ngeselin tapi bikin ingin menyayangi banget hahaha. Sebenernya KMY itu manja banget dan perhatian. Beda sama karakter cewek di Angel's Last Mission yang bnr2 ngeselin dan sombong. Aku tidak suka, nonton 2 episod, sudah nyerah deh gak simpatik blas sama ceweknya. Lho kok jadi gibah drakor :P

      Yang cowok juga sangat sweet dan penyayang. Mereka indeed saling membutuhkan yaaa *lovelove*

      Dan setuju juga, nonton series ini bikin banyak tahu soal psikolog. Direktur RS OK juga karakternya santuy banget, punya sudut pandang berbeda dari kita orang awam. Pokoknya aku syukak banget sama series ini!

      Delete
    2. Huahahaha aku nggak kepikiran bahwa ini menjadi tips yang baik 🀣 tapi, memang kadang lebih baik mereka nggak tahu kak, jadi hati kita pun tenang #lho

      Iya! Aku setuju! Aku suka banget karakter KMY, cantik, modis, terus bisa jadi jutek, jealousan tapi kadang jadi kayak bocah. Lengkap banget 🀣 Sang-tae juga karakternya keren, walaupun autis tapi kadang pemikiran dia lebih hebat dibanding orang normal. Dan, karakter Doctor O juga aku suka banget! Ntah kenapa tiap lihat sang dokter, berasa banget hawa bijaksananya, langsung pengin ikutan konseling juga 🀣🀣🀣

      Btw, aku nggak nonton Angel's Mission nih kak πŸ˜₯ bahkan baru dengar drakor ini!

      Delete
    3. Sepakat! Sang Tae mengesankan sekali aktingnya. 4 jempol deh buat cast serial ini!

      Delete
  9. Hahahahah 16 jam investasi ya mbaaa :p. Akupun merasa ga nyesel kok spare waktu minimal 2 jam utk drakoran :p.biar gimana kdg banyak Drakor yg bisa dipetik pelajarannya. :D.

    Aku udah nunggu2 Drakor ini tp memang pengen udah selesai baru ditonton. Ini waktunya aku mulai , Krn udah tamat kan yaaa :p. Ga sabar. Semua temen pada bilang bgs soalnya. Akupun kdg kalo liat trailer, udah gatel mau start nonton :p. Sukaaa deh Ama pemain2 utamanya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha kan semua hal tergantung sudut pandangnya ya mbak. Aku menganggap nonton drakor ini investasi pada kebahagiaan recehku, dan beneran aku suka banget serial ini, gak nyesel ikutin dr awal 🀠

      Untunglah aku gak ada kasih spoiler kan yeeess, selamat menonton ya mbakkkk 🀩

      Delete
  10. Saya belum nonyon dan pengen nonton juga. Sudah lama banget tidak menonton drakor baru.
    au hal yang pasti adalah saya takut jadi toxic parent bagi anak karena ada hal tertentu yang harus dialami oleh rang tua.
    Ingin banget anak sehat dan bahagia serta cerdas dan leluasa mengungkapkan rasa-pikirnya secara santun jangan aertif gitu. Duh.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah selamat menonton ya mbak, buat yang suka drama kelaurga, aku rasa bakal deh πŸ€—

      Mengenai kekhawatiran itu pasti semua orang tua punya ya. Tapi ini hal bagus kan, karena kita sudah tau maunya apa, dan bisa mencari rau caranya bagaimana. Aku pun nnti kalau dikasih kesempatan punya anak, maunya jadi orang tua yang lebih baik, karena aku sudah belajar dr sekarang 🀠🀠

      Delete

Post a Comment

Halo, terima kasih sudah membaca. Tinggalkan komentar ya, biar aku bisa balas BW 😊

Popular posts from this blog

14+ First Love (2015), Kisah Cinta Pertama dari Sinema Rusia

[REVIEW BUKU] My Sister’s Keeper by Jodi Picoult

Menyambut Hari Tua dengan Memiiliki Asuransi Berbalut Investasi