Sarapan Bubur Nasi dan Mie Rebus Jaman Dulu di Kubu Raya, Pontianak
Sabtu, 24 Februari 2018
Masih hari pertama.
Kami mendarat di Pontianak sekitar pukul 09.30. Kami ((hanya)) makan roti di atas pesawat, sengaja agar bisa sarapan khas ala Pontianak dong. Sebenarnya masih belum diputuskan akan sarapan apa sih, nanti saja kami akan minta petunjuk Bapak Ilham, pengemudi mobil sewaan yang akan menemani hari-hari kami selama di sini.
Cerita sebelumnya ada di Romantisme Pulang ke Kota Masa Kecil.
Setelah bertemu dengan Bapak Ilham, kami segera melaju menuju Singkawang.
Singkawang berjarak sekitar 145 km sebelah utara dari pusat kota Pontianak. Kenapa kami ke malah menuju Singkawang di hari pertama? Karena kami ingin merasakan suasana perayaan Imlek yang meriah, seperti yang pernah kami kenang dahulu kala. Sebagai salah satu pusat perayaan Imlek terbesar di Kalimantan Barat, Singkawang punya rangkaian acara yang cukup padat dan menarik. Terutama hari Sabtu ini dan Minggu besok. Itu juga sebabnya kami memilih bulan Februari untuk berlibur ke Pontianak. Biar sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui.
Ada 2 pilihan rute yang kami incar untuk menuju Singkawang. Pilihan pertama menyeberang naik kapal Ferry, yang kedua lewat jalan darat. Untuk rute berangkat ke Singkawang kami memilih lewat jalur darat, biar nanti pas pulang saja naik kapal Ferry-nya. Sekali lagi, biar sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui π
Oleh Bapak ilham kami diajak sarapan bubur. Asekkk, wisata kuliner dimulai!
Sarapan bubur kali ini di awali dengan gorengan. Hayya, dimana aja di Indonesia, pasti kenal gorengan dong yes! πππ
Appetizer berupa gorengan, kesukaan kita semua! |
Jenis gorengannya seperti yang kuingat. Ada bakwan dengan taburan udang yang menggoda dan tidak pelit, pisang goreng yang pisangnya gak lembek dan super matang, pastel isi sayuran. Sisanya cukup standar seperti tempe goreng, sukun goreng, dan molen.
Daaan, aku menemukan cinta lamaku dong. Tahu isi tauge yang beda banget kayak di Surabaya. Gak ada rasa manisnya sama sekali. Setelah berpuluh tahun mencari rasa yang sama, baru kali ini kutemukan apa yang kucari. Mon maap, lupa gak kefoto karena khilaf langsung makan π
Lalu tibalah menu utama sarapan kita. Mie rebus jaman dulu (serius, ini namanya di daftar menu) dan bubur nasi. Sejujurnya kami juga penasaran mie rebus jaman dulu kayak apa bentukannya. Kok dari namanya romantis banget sih!
Ternyata yang datang mitiaw dengan kuah kaldu ayam bening dengan telur ayam rebus dan tahu. Rasanya ringan dan segar. Overall rasanya seperti soto ayam bening di Solo. Enakkkkkk. Btw, telur rebus 1 biji dalam 1 porsi makanan itu hal mewah di Surabaya. Biasanya dalam satu porsi makanan, kita cuma dapat beberapa iris telur rebus, atau paling bagus ya separuh saja.
mie rebus jaman dulu, rasanya seromantis namanya |
Untuk bubur nasi, kutemui taburan teri goreng. Yes, aku ingat. Disini, teri dan ebi adalah taburan “wajib”. Hampir di semua makanan sering aku temui kedua taburan ini, atau salah satunya. Uwuwuuu rinduku terbayarkan di sini!
Inilah bubur nasi ala Melayu! |
Demikian kisah sarapan kami yang lumayan khilaf ya, hahaha. Itupun masih beli lagi buat dibawa di perjalanan ke Singkawang lho π Habis kenyang sarapan dan foto-foto, kami melanjutkan perjalanan ke Tugu Khatulistiwa. Bakal lanjut di cerita berikutnya yaaa πππ
Wakru baca judulnya kok bubur nasi?
ReplyDeleteBukannya bubur juga dari beras ya? I dunno why tapi berasa janggal aja namanya. Kalau dari penampakannya buburnya berkuah gitu dan yang bikin aku tertarik, telurnya utuh. Ini jarang banget di Jawa, pesen makan yang lauknya utuh. Biasanya setengah gitu kan..
Hahaha iyaa namanya bubur nasi. Klo di Jawa gak perlu disebut kali ya nasinya hehehe. Mungkin untuk mrmbedakan dengan bubur lain seperti bubur candil dan bubur jagung. Meybi π
DeleteIyes, beberapa kali makan selalu dapat telur utuh. Aku jadi kagum juga. Lumayan mengenyangkan jadinya. Kurang baik buat tujuan kulineran wkwkwk. Akhirnya kami selalu beli porsi sedikit aja, buat icip2. Biar masih muat buat coba2 makanan yang lain hihihi
Kalo tahu goreng isi tauge aku juga sering bikin mbak, dan tentu saja tidak manis soalnya kan lauk pauk bukan cemilan.
ReplyDeleteBagus sih, berangkat nya lewat darat, terus pulangnya kapal Fery jadinya lengkap ya mbak.
Iya ya, Singkawang memang pusat Imlek terbesar karena banyak orang China disana. Aku dulu juga punya teman orang Singkawang, namanya Abun, entah nama lengkapnya apa kurang tahu.
Iya mas, pernah saking pinginnya aku bikin sendiri. Aku hapus wortelnya biar tidak manis. Lumayan mengobati kangen hahaha
DeleteKelihatannya, kuah yang dipakai di bubur dan di nasi adalah kuah yang sama, iya nggak kak? Hahaha.
ReplyDeleteBaru pertama kali nih aku lihat bubur dengan kuah bening seperti ini, biasanya bubur tanpa kuah atau bubur kuah kuning yang umumnya aku temui di daerahku >.<
Dari rasanya sih kaldunya beda, Lia. Tapi entahlah, atau sudah terkontaminasi dengan toppig dan segala aksesorisnya ya hihihi aku juga gak tanya2 ke penjualnya sih. Udah enak, jadi digas aja makannya hahaha
DeleteMie rebus jaman dulu. Namanya keren juga ya mbak π
ReplyDeleteRomantis gak sih, imho π π
DeleteBtw kenapa dinamakan bubur nasi ya? apa karenanya udah jadi nasi, dibikin bubur lagi? hahaha.
ReplyDeleteMirip bubur ayam ya, meski kuahnya lebih bening.
Mienya terlihat menarik, hanya saja karena sayanya kurang demen mie yang lebar gitu jadi terasa ada yang kurang hihihi :D
Tapi terus rebusnya itu enyak kayaknya, termasuk taburan terinya, waaooo kesukaan banget tuh :D
Ahh jadi mba Rey gak suka yaa mi lebar. Ini tipe mi kesukaanku lho. Dan sangat mengenyangkan lho, soalnya dari tepung beras hahaha
DeleteIya mbak, enak banget. Mana terinya itu jenisnya beda sama disini. Gak pahit dan ukurannya agak kecil. Dibasahin pake air aja udh enak banget. Entah bagaimana prosesnya pengeringannya ya, yang jelas beda banget rasanya.
Thank you for sharing this wonderful post keep your awesome work
ReplyDeleteI have many hobbies. I love to travel and read. But my favorite hobby is cooking. Let me tell you why! First, I'll tell you a little bit about why I started cooking. Secondly, I'll give you some information about what I like to cook. Third, I will say how I use the Fooddy Blog for cooking.
When I started cooking, I was 10 years old. My mom wants me to be a chef. She has always believed that girls have to make different types of food, because one day they will get married. In my country, it is normal for girls not to cook. I feel lucky because I can cook many dishes. Now that I cook some of the dishes my children and husband love, I become happy and proud of my mother and myself. Foody
Hi, thank you for visiting my blog. That is so nice to provide food for our beloved person ❤
DeleteI do love cooking but please not for everyday hahaha
penasaran dengan bubur nasi melayunya
ReplyDeleteKalau rasa bubur biasa yzng tawar bu, lalu diberi kuah kaldu ayam, saya rasa ya π nah yg membuat beda adalah toppingnya. Disini kita dikasih teri dan ebi goreng, lalu diberi telur rebus, bawang goreng dan daun bawang. Segar, ringan, gurih, enak π€€
Deletesingkawang ini akulturasi kental sekali ya
ReplyDeleteaku jadi penasaran dengan kulinernya
iya namanya agak unik bubur nasi heheheh cuma yang penting enak ya mbak
ah gorengannya juga menggoda semua itu
Sebenarnya sarapan ini belum di Singkawang sih mas hehehe, masih dalam perjalanan.
DeleteTapi betul, Singkawang ini kota yang cukup maju, dan budaya tionghoanya cukup kental. Makanya menjadi salah satu pusat perayaan imlek di KalBar π€
Makanan Kalimantan itu memang enak2 yaaaa. Suami yg pernah tugas di sana sempet bilang gitu juga. Aku blm pernah kesana soalnya :D. Lgs ngiler bangettt liat penampakan mie zaman dulu dan buburnya mbaaa :D. Kayaknya enak.. kalo makanan gurih2 gini aku jg LBH suka drpd yg ada manis2 nya
ReplyDeleteKalau begitu masakan Pontianak tepat buat selera mbak Fanny π€ karena basisnya chinese food dan melayu, jadinya lebih ke gurih. Tos virtual atuh ππ
DeletePontianak emang terkenal surganya makanan enak mbak. Makanya banyak kan ditemui dimana2. Karena emang seenak itu, sampe pengen *tittt* hahahaha