Drama Kereta Ekonomi, Sebel tapi Ngangenin

instagram.com/sellypadi - Pemandangan Gunung Arjuno dari dalam kereta


Syahdan, minggu lalu aku memutuskan untuk naik kereta ekonomi Penataran, jurusan Sidoarjo-Bangil. Sehari sebelum berangkat aku membeli tiket. Sebenarnya bisa beli go-show, tapi daripada kehabisan, lebih baik membeli sehari sebelumnya. Maklum, kereta ekonomi adalah pujaan hati para komuter, terutama di akhir minggu. Dengan bermodal tiket seharga Rp10 ribu aku bisa berteleportasi ke Bangil, tanpa capek nyetir, kena macet, dan punya waktu berkontemplasi. Ehem.

Siapa diantara kamu yang masih belum pernah naik kereta ekonomi? Sekarang kereta ekonomi sudah nyaman lho. Minimal sekali lah dalam hidupmu, coba naik kereta ekonomi, dan rasakan perbedaannya. Eh, belum pernah naik ya gak tau perbedaannya yak? Hmm.. pokoknya coba dulu lah.
Tapi sebenarnya, buat aku yang sudah pernah mengalami naik kereta ekonomi yang jaman dulu, ternyata masih ada hal-hal yang belum berubah lho...


Menukar tempat duduk secara sepihak

Kereta ekonomi duduknya saling berhadapan. Iya, berhadap-hadapan. Kalau berangkat satu rombongan minimal 4 orang, kita bisa duduk berkumpul saling menghadap, bercanda, buka bekal makanan, makan bareng. Macam piknik berjalan lah. Seru!
Kalau kamu kurang beruntung, kamu bisa dapat kursi di mana kamu duduk menghadap ke arah berlawanan dengan arah jalannya kereta. Jadi kita berasa jalan mundur. Yang tidak terbiasa bisa pusing sepanjang perjalanan. Ya tapi lumayan lah kalau orang di depan kita cakep dan gebet-able. Hiburan.


Nah, tapi ada orang-orang yang egois, yang naik duluan, lalu merasa bisa bebas milih-milih tempat duduk, yang tentu saja menguntungkan buat dirinya sendiri. Ketika aku mencari nomor kursiku, sudah ada yang menempati. Eh enteng saja si Bapak menjawab, “Saya tuker ya Mbak, soalnya saya pusing kalau membelakangi kereta”. 
Yah, si Bapak, egois bener! Jangan secara sepihak menukar tempat dong, mentang-mentang naik duluan. Aku tidak akan membiarkan perbuatan tidak menyenangkan ini. 
Aku minta tuker dong, wong ini betul nomer kursiku kok, sesuai yang tercetak di karcis. ”Saya juga pusing Pak kalau berhadapan dengan Bapak membelakangi kereta.” Aku kekeuh mempertahankan kursiku. Bodo amat dibilang tega. Yang tega siapaaa??!!!
Lalu apa yang terjadi?? Lagaknya tidak terima, bersungut-sungut saat pindah, dan sepanjang perjalanan cembetut. Emang gue pikirin!


Karcis untuk berdiri
Sekarang karcis untuk berdiri masih dijual. Memang tidak se-ekstrim dulu sih, dibatasi hanya sekian persen dari total kursi yang dijual. Tetap saja, buatku aneh soal karcis berdiri ini. Sebenarnya keamanan penumpang itu menjadi prioritas gak sih buat pemerintah? Mentang-mentang kereta ekonomi, jarak dekat, murah meriah, jomblo lalu keamanan dikesampingkankah? 
Kalau memang desain kereta memberikan tempat duduk yang terbatas, berarti demikianlah agar keamanan kereta tetap terjaga dari overload. Bukankah demikian, kisanak? Kalau transportasi air dan udara seringkali dipermasalahkan soal overload. Apa bedanya dengan kereta? Apa karena berjalan di darat sehingga lebih longgar aturannya? Toh jatuh gak kemana-mana juga! Huft, jadi emosi. 
Oke lah. Kita anggap berdiri di kereta aman. Nah mungkin bisa lebih aman lagi, kalau posisi berdiri juga ditentukan, sama halnya dengan tempat duduk bernomor. Jadi dijual karcis berdiri dengan posisi berdiri tertera di mana. Di gang dalam gerbong kah, di bordes dekat toilet kah, di dalam toilet mungkin?  Jadi sesama penumpang bisa sama-sama merasa nyaman. Seringkali penumpang berdiri menutupi akses masuk dan keluar penumpang. Ya mau gimana lagi. Habisnya berdiri dimana juga disuruh mikir sendiri sih. Ya suka-suka penumpang lah, bodo amat ganggu orang lain. 
Aku juga di ”paksa” membeli karcis berdiri, ketika berdua temanku membeli karcis untuk pulang. Info dari mbak penjual tiket, 1 duduk dan 1 berdiri ya”. Dengan heroik temanku bertanya, “Gak bisa dua-duanya berdiri, mbak?” Bikin gondok saja! Mbok nanya itu yang dua-duanya duduk dong! Dasar mental berdiri!


Tidak ada lagi mijon dan nasi pecel
Kini kereta ekonomi bersih dari penjual jajanan. Mulai dari minuman ringan macam mijon, sampai makanan berat macam nasi pecel pincuk. Sebagai gantinya, pihak kereta menyediakan makanan yang dijajakan keliling oleh pramugari –ternyata setelah browsing, di kereta namanya juga pramugari.

Di kereta ekonomi Penataran, minuman yang dijual adalah teh dan kopi yang sudah diseduh duluan. Aku jadi bertanya-tanya, apakah dalam rangkaian kereta ekonomi ini ada gerbong restorasi. Entahlah. Aku juga tidak tahu apakah teh atau kopi tersebut masih panas dan layak minum setelah diajak berkeliling 5 gerbong.


Makanan yang dijual mie instant dalam cup (pop mie) dan sudah diseduh juga. Karena baunya sangat menggugah selera, jadi tergoda juga buat jajan, padahal sudah mau sampai tujuan. Setelah mencuri dengar penumpang disebelah membeli, ternyata dijual dengan banderol Rp10 ribu. Dengan harga tiket kereta hanya Rp10 ribu, menurutmu apakah aku akan membeli mie instan tersebut?? Eman!


Masih banyak orang saling peduli

Hal ini terjadi juga karena membeli karcis berdiri. Ada seorang Ibu yang menggendong bayi dan juga menggandeng anak kira-kira berumur 10 tahun. Belum lagi bawaannya yang super banyak, aneka tas dan kardus oleh-oleh. Dengan santai dia mau berdiri sepanjang perjalanan. Ketika kutanya mau kemana, tujuannya ke Blitar. Itu kan hampir 4 jam lamanya. Yakin mau berdiri, Bu?
Tapi sesungguhnya memang tidak perlu khawatir. Di kereta ekonomi ini, di mana keramahan dan  kekeluargaan masih menjadi ciri khas kita semua ~para pejuang kereta ekonomi~ kami tidak akan membiarkan. Kami bergegas menawarkan tempat duduk kepada sang Ibu dan anaknya. Kami segera menggeser bokong kami untuk merapat, dan memberikan sedikit tempat untuk bokong si Ibu dan anaknya. Kami bahagia karena merasa lebih baik dengan berbagi kebaikan, meski bokong terasa terdesak. Si Ibu juga bahagia karena bersama anaknya bisa duduk dengan tenang.

Jadi apa pengalaman seru kalian naik kereta ekonomi? 

Comments

  1. eheheh, suka dengan gaya penulisannya yg unik, jadi senyum-senyum sendiri mengikuti alur ceritanya.

    Btw, baru tau kalau tiket berdiri masih ada, lumayan juga kalau jarak tempuhnya 4 jam ya.. Untung ini Indonesia, setidaknya masih ada orang yang gak tegaan yg mau ngasih secuil tempat untuk berbagi bokong..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setahu aku karcis berdiri masih dijual untuk kereta lokal (jarak dekat). Seputaran Jawa Timur sini deh. Kalo antar provinsi sdh tergolong jarak jauh, rasanya gak manusiawi juga ya klo disuruh berdiri hehe..

      Delete
  2. Sayaaa.. belum pernah naik kereta ekonomi :-)
    Miris yaa.. jadi berasa seru membaca kisah dikereta iniu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah harus dicoba lho mba, seru kok... buat pengalaman dan bisa jadi bahan nulis di blog hehehe

      Delete
  3. pernah ngalamin juga mba dari Jkt ke Yk, kursi saya diambil ibu2 yang alasannya pusing membelakangi kereta hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah klo lawannya Ibu2 saya mending diem aja deh hahaha kalah galak ntar πŸ˜…

      Delete
  4. saya belum pernah naik kereta ekonomi. hihihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Harus coba mba. Yg deket2 aja. Krna naik kereta itu selalu romantis 😘

      Delete
  5. Terakhir naik kereta ekonomi jarak jauh itu Jakarta-Yogya 2007 mba. Hahaha. Yassalam udah lama banget. Saya juga udah khatam dulu naik kereta api jarak pendek, Jakarta-Bogor yg dibilang orang kayak pepes ikan asin, harga karcisnya masih 2000 perak. Sekarang saya malah kecanduan naik kereta karena sudah nyaman semua. Alhamdulillah transportasi massal makin maju.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaa skrg mah udah nyaman banget. Emang udah paling enak naik kereta kalau jarak pendek. Lebih nyess

      Delete
  6. terkadang pembaharuan memang penting. tpi melestarikan yang sudah ada jauh lebih bernilai yakan mba.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe kalau untuk bangunan bersejarah mungkin bagus ya kak dipertahankan. Tp kalau sikap semau sendiri, apalagi merugikan orang lain, jangan deh hehehe

      Delete
  7. Kalau di KRL biasanya disaat dapat tempat duduk, eh saya kasih ke ibu tua atau anak balita jika salah satu mrka berdiri. Cmn saya pernah punya pengalaman naik bus primajasa ama anak saya, jkt-bdg . Sy gak dpt tmpt duduk, duduknya dilorong pke tas backpack sbgai tmpt duduk. Eh gak ad lho yg niat ngasih tmpt duduk, pdhl anak saya masih 3thn wktu itu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo di KRL atau transjakarta, aku lihat masih mau ya ngasih kursi ke prioritas. Tp kalo udah bis atau shuttle, udah deh pada cuwek semua. Mikir diri sendiri aja kali ya karena mungkin jaraknya jauh dan

      Delete
  8. Saya pernah nih naik kereta ekonomi, etapi bukan ekonomi sih, bisnis, cuman belasan tahun lalu masih amburadul hahaha.
    Dan sejujurnya, itu pertama kali dan satu-satunya pengalaman saya naik kereta hahaha.

    Tapi saya yakin, selalu ada orang baik yang selalu membantu kita ya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Seingetku dulu yang bisnis pun masih boleh ya penjual masuk hihihi.. klo sekarang udah blas gak boleh. Lebih nyaman yang jelas

      Delete
  9. Wah, ternyata banyak dramanya ya ketika naik kereta. Aku belum pernah sekali pun naik kereta, pengen coba gimana rasanya, biar bisa menikmati dramanya.😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihi harus dicoba kak. Buat pengalaman hidup

      Delete
  10. Satu gerbong sama kambing dan ayam! Belom tukang jualan dan mungkin pencopet juga sebenarnya ada di sana. Kereta api ekonomi saat ini sudah jauh lebih nyaman ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yesss. Itu jaman jahiliah banget lah pokoke hahaha. Kapan lalu saya naik kereta, ada penumpang yg tertangkap basah bawa ayam hidup. Akhirnya si ayam diamankan (di restorasi kayaknya), dan penumpangnya tidak disuruh turun kok

      Delete
  11. Asyiknya naik KRL sekarang. Saya pernah naik KRL bareng domba dan ayam lho
    Rameee... :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wakakak seru ya. Duh klo diinget2 jaman itu bikin ngakak aja..

      Delete
  12. Jadwal kereta masih kaya dulu gak ya, mbak? Dulu sering ni..dari Kota baru ke stasium terakhir Surabaya apa ya namanya, lupa banget.
    Kalau mau pagi otomatis pakai kelas ekonomi dengan banyak asongan dan rentan copet.

    Kangen banget.

    Desember lalu pas pulang sempat ingin coba juga karena permintaan anak, dari Kota Baru ke Lawang tapinharga tiketnya fantastis banget kalau pesan di Traveloka padahal aku mau bawa rombongan, bs bangkrut hahahaha.

    Katanya sih disuruh langsung ke stasiun, tapi urung gara2 anak sepupu sakit. Padahal anakku udah semangat banget.

    Kalau jaman dulu kelas ekonomi kan ya nemu sajΓ  gelantungan di pintu ya.m

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener mba, kalau mau beli untuk rombongan mending langsung ke CS, jadi bisa di book di satu gerbong yg sama

      Delete
  13. Ngekek baca tulisan ini. Sempat baca nama KARIKATUR dot com, eh, ternyata KARTIKATUR, kocak mbak.

    Yang ada di pikiran mbanya bisa diurai dengan bahasa mengalir begini. Jadi ikut terbawa suasana. Saya mesti belajar story telling nya deh!
    Bagus banget ;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wahh terima kasih atas apresiasinya. Terima kasih juga sudah membaca sampai akhir ya πŸ€—
      Yap, yang betul kartikatur 😘😘

      Delete
  14. Gimana mau ngerasai naik kereta ekonomi, naik kereta kelas apapun aja belum pernah wkwkwk. Lihat kereta sih pernah, itu juga dari jauh banget. Ahhh pengen banget euy ngekereta.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihihi kalau main ke Jawa bisa lah kak cobain naik keretanya. Mungkin di Lombok belum ada layanan KAI ya?

      Delete
  15. Duh, paling sebel sama orang kaya gitu yang suka seenaknya kelakuannya. Plus kok ya masih dijual sih tiket untuk berdiri, harusnya KAI tegas sih gak usah lagi jual tiket untuk berdiri jadi kereta ekonomi tetap nyaman gitu loh.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya itulah kak. Kadang orang sesukanya saja. Makanya kita harus lebih galak hehe
      Kalo soal berdiri itu kayaknya permintaan penumpang juga sih. Utamanya di jam2 sibuk, supaya bisa terangkut semua. Kalau di jam2 santai sih aku rasa tiket berdiri tidak sampai terjual

      Delete
  16. Aku pernah mbak, waktu kuliah di yogya malah sering naik ekonomi ke jakarta.
    Setelah menikah, naik lagi menuju ke stasiu . yang sebelum bandung. aku lupa namany. tapi kereta ekonomi sekarang nggak kayak dulu. Udah ber ac, ada colokan buat nge charge .. nyamanlaah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nyaman banget yaaa... makanya tambah syukak deh naik kereta 😍

      Delete
  17. Kalau memang desain kereta memberikan tempat duduk yang terbatas, berarti demikianlah agar keamanan kereta tetap terjaga dari overload. Bukankah demikian, kisanak? Kalau transportasi air dan udara seringkali dipermasalahkan soal overload. Apa bedanya dengan kereta? Apa karena berjalan di darat sehingga lebih longgar aturannya? Toh jatuh gak kemana-mana juga! Huft, jadi emosi. <-- Ku ingin ngakak dibagian ini, Mba, haha. Toh jatuh ga kemana-mana juga. Hihi. Iyaaaa, betul banget, Mba. A very well said.

    Ini lah yang sering muncul di pikiranku. Kok ya kereta, yang perjalanan jauh, yang memang didesain dengan menyediakan kursi, tapi juga masih menyediakan tiket untuk penumpang berdiri? Oke lah untuk komuter line jarak dalam kota, di mana memang penumpang rata-rata berdiri, kursi hanya sebaris, menempel pada kiri kanan dinding kereta saja, diperuntukkan utk penumpang priotitas, which is lansia, parent with children dan ibu hamil.

    Nah ini, untuk perjalanan yang jaraknya sudah lumayan jauh, kok malah masih menyediakan tiket untuk berdiri ya? Jadi kesannya seakan keselamatan penumpang tidak menjadi prioritas? Atau, memang sudah diperhitungkan bahwa dengan tambahan penumpang yang berdiri, yang tidak melebihi kapasitasnya, maka perjalanan akan tetap aman. :)

    Btw, ku sering naik kereta ekonomi, tp mostly Jakarta Bandung dan sebaliknya, Mba. Asiik dan nyaman, loh! Tapi ga tau perbedaannya dengan kereta ekonomi jaman dulu, ga sempat nyobain soalnya. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihihi kalau jaman dulu kereta ekonomi jarak jakarta bandung terbilang lebih nyaman kali yaaa, soalnya masih kategori jarak pendek ya. Kalau jakarta-surabaya, beuh bayangin sampai 14 jam kumpul sama ayam2 dan segala macam barang bawaan yang random banget wqwqwq

      Delete
  18. Aku belum pernah naik kereta, eh pernah sih sekali cuma jarak dalam kota dan memang betul banyak yg suka tukar tempat duduk seenaknya. Hufft.

    Waktu di Jogja dan rencana mau pulang, udh dipesenin tiket kereta sama bos. Atasnya ekonomi, apa sih namanya aku lupa, wkwk. Eh malah aku sama anak-anak kesiangan, jadilah kita pulang naik bus karena ketinggalan kereta. Padahal udh seneng banget bakal naik kereta jarak jauh.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Apalagi sama anak2 ya, pasti excited banget mau naik kereta huhuhu

      Delete
  19. Saya juga pecinta kereta ekonomi mbaaak, aman di kantong soalnyaa hehehe apalagi sekarang juga fasilitas di kereta ekonomi makin bagus plus gabanyak bedanya sama yg eksekutif. . rindu banget naik kereta bisa menikmati panorama pedesaan, hijaau yg membentang luas tiap pulang ke kampung halaman hehehe. Salam kenaal jugaa ya mbak baru pertama kali mampir kesini hehe 😊😊😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaa naik kereta itu menyenangkan. Banyak pemandangannya, dan relatif lebih aman.

      Salam kenal juga Mbak, makasih yaa sudah mampir membaca ☺

      Delete

Post a Comment

Halo, terima kasih sudah membaca. Tinggalkan komentar ya, biar aku bisa balas BW 😊

Popular posts from this blog

14+ First Love (2015), Kisah Cinta Pertama dari Sinema Rusia

[REVIEW BUKU] My Sister’s Keeper by Jodi Picoult

Menyambut Hari Tua dengan Memiiliki Asuransi Berbalut Investasi