[BUKAN REVIEW BUKU] My Life as Writer
Aku baru saja menyelesaikan
membaca - bukan menulis ya - sebuah buku. Judulnya My Life as Writer. Isinya keren,
bercerita tentang kisah sukses 5 orang penulis Indonesia : Clara Ng, Dewi
Lestari, Alanda Kariza, Farida, dan Vabyo. Kebayang kan kerennya. Banyak tips
dan pengalaman mereka yang dibagi di buku ini.
Tapi kali ini aku tidak ingin bercerita
tentang buku ini. Malahan aku jadi terinspirasi untuk membuat artikel dengan judul yang sama. Mari kita mulai berandai-andai π
Mungkin awal karier penulisanku
dimulai sejak SD. Sejak mengenal konsep buku harian, aku selalu memilikinya setiap tahun. Tidak penting sebenarnya yang ditulis di buku harian: cerita-cerita konyol di kelas, petualangan sepulang sekolah, atau remeh temeh kisah anak SD.
Beranjak remaja, mulai deh
kisah-kisah cinta monyet dan cinta tak terbalas memenuhi buku harian. Hahaha gak usah
diceritakan ya, bikin malu saja. Tapi dari sanalah aku belajar menulis. Merangkai
kata agar enak dibaca. Kadang juga membuat cerpen dan puisi. Tapi waktu itu
hanya buat konsumsi sendiri. Masih belum pede untuk dibaca oleh orang lain.
Dulu sih masih suka buat cerpen
ya. Tapi semakin kesini, semakin tidak nyaman. Aku lebih menyukai karya yang
lebih singkat. Puisi misalnya. Lalu caption
foto di Instagram. Atau membuat copywriting.
Untuk non fiksi, aku lebih suka bercerita
pengalamanku sehari-hari, seperti di blog ini. Yang penting, mencoba menulis
dengan jujur, dari hati. Biasanya dengan berbagi pengalaman yang sama, bisa menyentuh
hati pembaca juga. Dan menurut aku, itu pencapaian terbesar seorang penulis.
Masalah klasik menulis adalah
mengatur mood menulis. Tentu saja yang lebih sering terjadi adalah mood menulis tak
kunjung datang, atau dengan nama lain, malas hahaha...
Makanya lebih baik mood menulis
itu tidak ditunggu. Sebaliknya, mood itu diciptakan. Temukan waktu favoritmu
untuk menulis. Tempat yang nyaman juga penting. Pastikan punya soundtrack
menulis juga. Dijamin deh, mood menulis akan datang.
Berbeda dengan inspirasi ya. Kadang
saat inspirasi datang, aku segera mencatatnya. Inspirasi bisa datang kapan
saja. Saat sedang di perjalanan, saat melamun, atau saat bekerja di kantor. Yang penting
dicatat dulu. Menulisnya, ya nunggu mood dong, hahaha π
Seperti biasa, dengan punya
tenggat waktu, pekerjaan menulis bisa lebih cepat selesai, yaitu ketika sudah
mepet hahaha. Biasanya aku kumpulkan dulu ide-ide yang muncul. Nah ketika waktu
semakin mepet, mood diciptakan, lalu voila, mengalirlah karya itu.
Buatku, tempat paling nyaman untuk
menulis ya di rumah. Bisa di kamar, di depan televisi, di meja dapur, bisa di mana
saja. Bisa sambil tiduran, dan pakai baju yang nyaman. Nyaman π
Kalau di cafe atau di luar rumah,
yang ada malah aku sibuk memperhatikan sekelilingku. Mengamati orang-orang,
menyerap suasananya, dan tentu saja sibuk ngobrol jika bersama teman.
Buat aku menulis itu me time. Sama seperti membaca. Butuh tempat
yang nyaman agar bisa menyelami tulisan dan bacaan.
Baca juga: Review Buku My Sister's Keeper
Tidak ada lagu khusus yang harus
kudengarkan. Sebenarnya tidak ada lagu pun, tidak jadi masalah. Hanya saja aku
tidak suka merasa sepi. Harus ada suara-suara yang menemani. Daripada mendengar
suara-suara yang tidak “terdeteksi”, lebih baik kudengarkan lagu yang sengaja
kupilih.
Kalau dirangkum dalam sebuah jawaban, mengapa suka menulis?
Seperti sudah kusebutkan di atas,
menulis itu me time buatku. Kegiatan
yang kusukai, yang kulakukan untuk menenangkan pikiran-pikiran sibukku. Menulis
membantuku mengurai banyak hal yang kupikirkan.
Dan mungkin, kelak aku ingin
meninggalkan jejak sebagai seorang penulis π
Sumber gambar: goodreads.com
Wah... Keren nih kebiasaan menulis dari SD. Ternyata nggak cuma aku saja yang nulis cerita cinta-cintaan zaman SMP Hehehe...
ReplyDeleteKalau tempat favorit aku lebih suka di tempat yang sudah tertata rapi & nyaman. Jadi nggak pindah-pindah tempat di rumah. :D
Salam kenal Kak!
Semangat menulis...!
Haloo terima kasih sudah mampir. Ternyata aku masuk kategori nomaden ya, baru nyadar π
Deletehem,, sepertinya saya harus mencoba deh untuk nulis sambil dengar lagu juga. Soalnya sekarang lagi males dan gak nemu mood yang bagus untuk nulis
ReplyDeletecoba dong, kadang suasana baru bisa mendatangkan mood juga :)
DeleteProblem menulis saya yang paling utama adalah kosakata. Kadang bahasanya jadi belibet gitu loh, sebel aku tuh !
ReplyDeleteIya juga sih ya. Lalu sibuk mengedit sehingga tulisan gak nambah-nambah, muter2 aja di paragraf ituπ π
DeleteWaah jadi inget dulu zaman smp nulis cerpen di buku tulis sampai berjilid2, tapi hanya buat konsumsi pribadi hi hi.. Salam kenal mba..
ReplyDeleteVita
akupunmenulis.wordpress.com
Salam kenal juga ya :) kayaknya emg masa SMP penuh dengan inspirasi ya, khususnya cerpen cinta-cintaan hahaha
DeleteSalut ma orang2 yang punya bakat menulis. Sebuah kecerdasan tersendiri. Dan pastinya wawasan mereka luas
ReplyDeletecieee... muji diri sendiri Bang?? :))
DeleteYang aku tahu kebanyakan penulis2 hebat itu sudah menulis di buku harian sejak belia. Seperti kisah negeri lima menara yang terinspirasi dari catatan2 hariannya.
ReplyDeleteBetul, biasanya memang dimulai sejak kecil, suka menulis di diari, dan suka membaca. Aku juga merasakan sih, ternyata sejak kecil sudah mengakrabi kata, dan sekarang gak bisa melepaskan diri :D
Delete