Ave Maryam (2018), Sebuah KIsah tentang Pilihan
Pertama kali mendengar film ini di tahun 2018, sudah
membuatku berjanji dalam hati untuk harus menontonnya. Sempat kecewa sih karena
tidak langsung diputar di bioskop Indonesia, tetapi berjuang dulu di beberapa festival
film. Ketika tahu akhirnya akan diputar di April 2019, langsung kubulatkan
tekad, begitu ada waktu langsung nonton.
Sebenarnya yang membuatku penasaran dengan film ini adalah karena
film ini mengambil tema yang berbeda. Dari trailernya aku tahu film ini bercerita
tentang kehidupan suster dan gereja. Alunan lagu soundtracknya juga sangat
menarik, lagu klasik yang nikmat sekali untuk didengarkan.
Menurut aku nuansa film ini sangat romantis. Waktu berjalan
lambat, tidak ada yang tergesa-gesa. Beberapa adegan menunjukkan arsitektur
gereja dan bangunan tua di kesusteran. Tampil juga sudut-sudut kota Semarang
yang cantik. Film berjalan lambat, tidak banyak dialog, dan banyak alunan lagu
yang menyayat hati.
Cerita tentang gereja buat aku sangat menarik karena
memberikan pengalaman visual yang berbeda. Berbeda dengan cerita tentang Islam yang
dekat dengan budaya Arab, cerita tentang gereja biasanya identik dengan nuansa Eropa
kuno. Indah!
Pengambilan gambar juga cukup unik dengan potongan-potongan
tidak utuh. Beberapa sudut mozaik cantik di gereja muncul beberapa kali. Didukung
dengan alunan lagu rohani yang dinyanyikan dengan indah lengkap dengan
musiknya, memanjakan indera penglihatan dan pendengaranku.
Oke, kembali ke ceritanya.
Film ini bertutur tentang kehidupan seorang suster bernama
Maryam. Maryam hidup bersama para suster lainnya, merawat orang tua di sebuah
panti jompo. Hari-harinya berjalan monoton dan teratur. Aku bisa bilang
kehidupan mereka sangat sederhana. Pengabdian kepada pekerjaan dan Tuhan
membuat hidup mereka terasa cukup dan bahagia.
Sampai suatu saat, Maryam mengenal Yosef, seorang pastor
muda yang sangat menarik. Mereka saling tertarik dan mulai saling mengenal. Aku
bisa mengerti perasaan Maryam. Bertemu dengan seorang yang sebaya dengannya,
seorang yang menarik datang dari luar lingkungannya, seorang yang mencintai apa
yang dikerjakannya (Yosef seorang musisi). Siapa coba yang tidak tergoda ๐
Karena Yosef juga cukup intens mendekati Maryam, sepertinya
rasa penasaran lah yang menghinggapi Maryam di awal. Setelah beberapa kali
pertemuan, mereka mulai saling jatuh hati. Pertanyaan dan ragu mulai tumbuh di
hati Maryam. Perasan bersalah juga datang meski kalah saat Maryam memilih
menemui pujaan hatinya.
Di satu titik, Maryam harus memilih. Tidak mungkin
menjalankan keduanya karena janjinya pada Tuhan membuatnya tidak bisa bersama Yosef.
Memilih Yosef berarti meninggalkan pengabdiannya kepada Tuhan. Inikah cinta sejati, atau hanya cinta
sesaat?
Aku mencoba mengingat kembali kata-kata Yosef tentang mencari
bahagia. Sayangnya tidak kutemukan pembahasan quotes film ini dimanapun ๐ Kurang lebihnya, “Tuhan
memberikan kebebasan untuk mencari bahagia kita.”
Meleleh.
Eh, samaan nih review kita, hehe..
ReplyDeleteTapi saya malah baru tau film ini sehari sebelum nonton karena baca sinopsis dan noton trailernya udah bikin penasaran.
halooo, ah jadi penasaran reviwenya bagaimana hahaha... salam kenal :)
Deletewahh belum pernah nonton ini... recomended banget kayaknya, bikin penasaran
ReplyDeleteburuan saja mba,, keburu turun. Di Surabaya tinggal 1 studio saja yang masih menayangkan :)
DeleteSebagai penikmat pilem bacok gampar, film ini leh ugha ya buat tontonan yang berada diluar zona nyaman
ReplyDeletehahaha alirannya bacok gampar ya?? bisa lah film ini buat cemilan :D
DeleteTrus endingny gmn mba... *kepo
ReplyDeletemaap Bang, tidak menyediakan spoiler hehehe
Deletehahaha... teganya teganya teganya
DeleteSaya belum nonton ini, keburu turun tayang. Tapi ibu saya bareng teman-teman gerejanya nonton ini. Dia bilang ceritanya menggantung. Mungkin alur ceritanya benar-benar membuat berpikir ya?
ReplyDeletemenurut aku, ini adalah sebuah film yang realistis. yang tidak "menjual" happy atau sad ending. karena ya begitulah hidup, terbuka akan kemungkinan-kemungkinan
DeleteAku telat nonton film ini padahal menarik bgt huhu. Karena seingetku di bioskop indo nggak lama juga tayangnya. Pas mau nonton uda turun :(
ReplyDeleteiya bener, cepet banget kok. aku nonton di minggu kedua. gak lama sudah ilang saja.. entahlah kenapa film Indonesia yang banyak menang di festival kurang diminati. Kalau aku malah minat banget karena penasaran kenapa kok bisa menang hehe
DeleteKunjungan perdana salam kenal
ReplyDeleteterima kasih sudah mampir
Delete