Kali Kedua ke Ijen Banyuwangi, Membalas Dendam Kegagalan Pertama
Untuk membayar dendam kegagalan sebelumnya ~ ceritanya di sini ~ kami naik lagi
ke Ijen beberapa bulan kemudian. Dengan niat yang mulia, persiapan yang lebih
oke, itinerary yang lebih masuk akal, kami berangkat ke Banyuwangi. Kali ini
cuma 2 tujuan, ke Ijen dan Bangsring.
Tadinya aku sudah ogah-ogahan ke Ijen. Hah, mengulang
kembali naik gunung?? Another heroic act??!!
Ketika akhirnya gagal kemarin, aku udah males aja disuruh
mengulangi lagi. Sudah kuterima takdirku sebagai anak pantai sejati. Capek
bangetttt naik gunung ituuu huaaa, emoh emoh emoh.
Tapi temenku ngomporin, “Nanggung amat gak muncak. Trus kamu
mau cerita apa di blog kalo ga sampai puncak?” Hmmm kalau sudah menyinggung
konten, nuraniku terketuk. Demi konten apa sih yang nggak kan? Hahaha
Baiklah, ayo kita berangkat. Supaya menghibur diriku yang bersedia nekat kedua kalinya ini, diputuskan untuk ke Bangsring, main snorkeling. Anak
pantai tetap hepi, cuy 😎
Selesai bersnorkeling ria di Rumah Apung Bangsring, kami cek in di hotel
selepas makan siang. Yes, kali ini kami niatkan untuk full istirahat di hotel,
agar fisik siap ke Ijen.
Jam 11 malam kami dijemput oleh mas driver. Kurang lebih 2
jam perjalanan dari kota Banyuwangi. Sampai di pos keberangkatan, tentu saja
suasana masih gelap gulita. Tapi jangan ditanya ramenya. Ruame buanget kayak
pasar hahaha. Andai bisa diabadikan suasana ini ya (gelap banget), biar terbayang ramenya.
Maklum Ijen sudah beken sekarang.
Selesai beli-beli tiket masuk, kami antri untuk masuk di
gerbangnya. Ada yang datang dalam rombongan kecil, berdua, bertiga, berempat.
Ada juga rombongan besar, mungkin berduapuluh. Kayaknya mereka anak-anak SMA
kompakan naik bareng. Jadi di titik keberangkatan itu macam menyemut naiknya. Padat merambat. Lama-lama, lewat seleksi alam, longgar juga. Tentu saja kami golongan yang
selow ya, sudah uzur hahaha.
Bedanya kali ini, kami datang saat musim kemarau. Jadi
jalannya super kering, berdebu, dan licin lho ternyata. Meski jalannya sudah
diaspal, namun kemiringannya bisa 45 derajat, kalau aku tidak lebai yah hahaha.
Pokoknya super miring lah. Jadi kebayang ya, sudahlah miring, berdebu pulak.
Jadi ya makin susah yekan?
Pertama kali ke sini, musim hujan masih ada sesekali.
Ternyata ini salah satu keuntungan datang di musim penghujan. Tanahnya menjadi
padat karena menyimpan kandungan air. Jadi lebih mudah perjalanannya.
Kembali ke perjalanan kali ini, usaha memang tidak
mengkhianati hasil. Eh apa kebalik ya?
Karena kami lebih punya persiapan fisik, istirahat juga
cukup, perjalanan tidak terlalu drama. Pelan tapi pasti kami naik dan naik.
Sempat iri sama pengunjung yang menyewa orang lain untuk mendorong ke atas.
Lalu, gak tega kalau inget berat badan hahaha.
Jadi Bapak-bapak pendulang belerang ini, punya kerja
sampingan sebagai penarik “becak” di Ijen. Serius, pakai tenaga manusia lho.
Aku aja yang bawa diri sendiri, sungguh amat berat membawa diri ini naik Ijen.
Eh si Bapak-bapak ini malah mendorong gerobak isi manusia lain. Ya Allah,
susahnya ya cari uang. Semoga sehat selalu ya Bapak-bapak.
Sesuai rencana, kami sampai di puncak sekitar jam 4.
Pengennya sih turun lagi untuk melihat blue fire. Kami sudah bawa masker kain
sebenarnya. Tapi karena pekat banget bau belerangnya hingga susah bernafas,
kami sewa lagi demi kesehatan. Maskernya masker respirator lho, masker yang
serius.
Dan ternyata, ke bawah pun antri banget. Harus gantian sama
orang-orang yang mau naik. Mana tangganya sempit dan sedang diperbaiki
sepertinya. Lalu seorang teman jatuh hingga keseleo. Waduh, gawat kan ya
padahal perjalanan masih jauh ke bawah. Akhirnya kami putuskan, sudahlah di
drop aja blue firenya. Khawatir juga teman yang keseleo ini kenapa-kenapa.
Nanti masih harus turun kan buat pulangnya. Harus menyimpan energi.
Akhirnya kita duduk-duduk aja nungguin sunrise. Masih gelap
tapi pelan-pelan cahaya mulai datang. Anginnya kencang banget. Segera deh
merapatkan jaket biar tidak kedinginan. Ngomong-ngomong soal dingin, masih
kalah sih sama dinginnya Bromo. Sejauh ini, hawa paling dingin yang pernah
kurasa adalah di Bromo. Sampai mati rasa kaki ini, padahal sudah pakai kaos
kaki dan sepatu lho. Disini anginnya terasa sejuk membuai. Diajak jalan-jalan
aja, dinginnya sudah tidak terasa. Kalau diem aja di tempat emang kerasa banget
dinginnya.
Sewaktu gelap, gak banyak yang bisa difoto. Gelap yekan
hahaha. Begitu cahaya muncul di ujung sana, bersegeralah kita angkat kamera dan
foto-foto. Yeyeyy
Ternyata di atas itu, bagus bangetttttt. Sekali lagi, bagus
bangettttt. Monmaap ya, agak norak nih, karena kali pertama naik gunung
sungguhan hahaha
Gak heran ya, begitu banyak orang suka naik gunung. Karena
capeknya memang terbayar oleh keindahan pemandangan di atas. Serius, bagus
bangettttt. Melihat awan sedekat itu. Melihat sunrise (meski sedikit mendung)
sedekat itu. Merasakan angin dingin di kaki gunung mah sering ya, merasakan
angin di puncak gunung beda euy.
Dalam hati aku bangga juga dengan diriku sendiri. Bisa
mengalahkan diri sendiri, bertahan bisa sampai di puncak, adalah salah satu
pencapaian besar dalam hidupku,. Mungkin tidak akan ada lagi yang ketiga
kalinya. (((males))). Jadi aku duduk diam, menikmati suasana, merekamnya dalam
ingatanku, menghirup baunya (eh jangan kebanyakan, menghirup belerang bahaya
juga 😊)
Dannn ketika matahari sudah benar-benar muncul, panas juga
ya cyin. Ya iyalah di puncak kan deket banget yak sama matahari.
Setelah puas sarapan cantik di gunung, foto-foto,
duduk-duduk, matahari mulai terasa menyengat, kami pun turun. Masih panjang bro
perjalanannya. Mana nahan pipis lagi. Temanku yang cowok santai aja masuk ke
semak-semak, menyelesaikan hajatnya. Rasanya pingin meluncur aja gitu, kayak
prosotan biar langsung sampai di bawah.
Turun itu soal lain, sis. Sudahlah tanahnya kering dan
licin, harus menahan badan juga kan agar tidak meluncur. Kesimpulanku adalah,
ketika naik yang diuji kekuatan paha dan daya dorong bokong. Ketika turun,
kekuatan lutut dan betis yang teruji. Alhamdulillah kami semua bisa
melewatinya, dengan satu dua kali terpeleset tentu saja. Lumayan nambah
oleh-oleh ke rumah hahaha.
Sebenarnya perjalanan ke Ijen ini adalah penutup liburan kami di Banyuwangi. Hari sebelumnya kami snorkeling dulu di Rumah Apung Bangsring, namun cerita tentang Bangsring saya post setelahnya di sini.
Turun dari Ijen kami kembali ke hotel untuk bersih-bersih kemudian check out. Kereta kami sudah menunggu untuk pulang kembali ke Sidoarjo. Semoga cerita perjalanan kami ini tidak membosankan ya hehehe
Wah, akhirnya berhasil melihat sunset di Ijen ya mbak. MasyaAllah cakep bener, gak salah kalau pengunjungny sampai rame begitu.
ReplyDeleteSunrise mbak hehe iya ouas udah deh, gak perlu naik gunung lagi hahaha
DeleteHoreee.. akhirnya Mbak Kartika sampai juga di puncak Ijen setelah sebelumnya di tengah jalan balik badan turun lagi hehehe. dan semua terbayar dengan keindahan di atas ya, Mbak.
ReplyDeleteJadi Kalau soal konten Mbak Kartika semangat. Jadi bukan saja anak pantai, tapi juga anak konten hahaha . Nanti kalau sekali berhasil, akan ketagihan, Mbak, dan maunya mendaki.. mendaki lagi.
Hahaha sesama anak konten harus saling mendukung ya mas 😂😂
DeleteSeru banget kayaknya. Belum pernah naik gunung soalnya. Penasaran sebenarnya, tapi kok rasanya terlalu tua untuk memulai.. Hihi...
ReplyDeleteAh siapa bilang mbak. Banyak banget nenek kakek yang naik Ijen, terutama bule sih. Aku juga terkagum2, dan malu mau sambat hahaha
DeleteSeru pastinya ya mbak melakukan pendakian ke Puncak Ijen, apalagi bersama teman2
ReplyDeleteIya mbak, buat kenang2an sm teman kantor yang dulu hehe
DeleteDuh duh indah sekali , pantesan judulnya balas dendam iya indah banget emang sunset di Ijen nya.. yeah selamat kak akhirnya bisa lihat dan balas dendam
ReplyDeleteIyaaa krna dendam yang belum terbalas bikin jerawatan mbak hahaha
DeleteTidak mudah mendaki gunung itu, Apalagi untuk sampai ke puncak butuh perjuangan berat. Selamat, ya, Mbakl Saya saja tidak kuat karena sudah merasa uzur juga, hu hu,
ReplyDeleteJalan setapak dio Ijen bagus dilihat dari atas,
Iya mbak, berat banget, sehingga aku tidak ingin mengulanginya lagi hahaha kembali main ke pantai aja yukk 🤣
DeleteSaya belum pernah mendaki gunung dan Bromo adalah cita-cita saya yang belum kesampaian. Pernah sekali mendaki bukit belakang sekolah waktu SMA, sampai di atas semua lelah langsung terbayar dengan keindahan alam dari puncak. Keren mbak bisa menaklukkan Ijen sampai liat sunrise nya.
ReplyDeleteHehe akhirnya ya nbak semoga ga bosen denger kisahnya wkwk
DeleteWah ngeri banget mbak kalau ada yang jatuh sampai keseleo gitu, perjuangan banget sih ya buat menikmati keindahan alam di negeri kita, tapi pasti terbayarkan deh kalau sudah sampai tujuan...
ReplyDeleteIya mbak memang harusnya lebih hati2 ya, salah menapak jadinya keseleo deh. Tapi untgnya ga rapah, urut2 dikit udah enakan bisa dibuat turun ke bawah
DeleteWah saya ketinggalan cerita yang pertama nih.... jadi yang pertama gagal?? Tak apa mbak, konon katanya kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda kan? Jadi kali kedua ini berhasil toh? ALhamdulillah... Saya malah belum pernah naik gunung hehehe
ReplyDeleteMakanya judulnya balas dendam mba hehehe
DeleteSeru banget yaa Kak Kartika,, sukses balas dendamnya nih, hihi soalnya itinerary nya kali ini lbh realistis yaa jd lbh mudah dijalani smuanya hehe. Happy weekend yaa
ReplyDeleteYah, kegagalan memang pelajaran yang mahal, literally hahaha
DeleteAkhirnya sebagai anak pantai bisa cobain naik gunung juga ha..ha.. Aku sebagai anak pantai gagal ke Semeru dan berencana buat ke Semeru lagi. Tapi entah kapan he..he...
ReplyDeleteSemangat mas. Kadang beberapa hal perlu sih diulangi, biar gak menyesal di kemudian hari 😉
DeleteItu ada gerobak di puncak, jalannya udah rata ya mbak? Gak keluar masuk hutan gitu ya? Ijen emang terkenal, mudah-mudahan nanti bisa kesana untuk melihat blue fire-nya. Aaamiinnn.
ReplyDeleteIya mas, jalan setaoaknya sdh diaspal, meski tidak sempurna kayak di jalan Tunjungan ya hehe. Udah gak perlu menerobos semak dan pepohonan lagi. Naik lurus aja istiqomah sampai kok 😎
DeleteSetidaknya udah ga penasaran lagi kan, udah bisa menikmati sunrise yang gagal sebelumnya. Capek tapi terbayar dengan pemandangan indah yang luar biasa.
ReplyDeleteBenerrrr mbakkk,,, cantik banget di atas. Makanya ku bilang gak heran banyak orang suka naik gunung
DeleteSalut buat orang-orang yang suka naik-naik ke puncak gunung.
ReplyDeleteSaya orang rumahan dan beraninya cuma ke mall
*malu aku tu * 😷
Hahaha coba lah sekali kak, biar ada pengalaman, dan bisa cerita ke anak cucu
DeleteWkwkwk iya kalau nyinggung soal konten mah udah pasti semangat empat lima ya mbak
ReplyDeleteAku pun juga gitu kadang mbak
Btw aku udah lama nggak berkunjung ke Ijen lagi. Terakhir Thun 2014 an hehee
Klo udh ya ga usah lagi mbak, ke gunung lain aja mah hehehe
Deleteijen sudah banyak berubah ya kak, dahulu ketika aku kesana masih belum ada kendaran beroda seperti itu diatas. Semuanya masih menggunakan otot. karena kesana terakhir 2015
ReplyDeleteOhh baru aja ya,,akj pikir dr dulu. ya mgkn semakin banyak yg naik gunung pengen instan ya (demand), akhirnya ya muncullah bapak2 ojek itu (supply)
DeleteAhahaha temannya kompor banget yaaa, jd akhirnya muncak demi utk koten blog wkkwk, salah satunyaaa, tapi akhirnya dendam terbayarkan yaa :D
ReplyDeleteWah ternyata di atas sana udah banyak pengunjung lainnya yang juga kepengen liat pemandangan ya, gk nyangka rame jg atasnya :D
Saya malah suka bagian turun krn gk ngos2an tapi ya emang kudu ati2 supaya gak kegelincir ya.
Iyah mbak, emang doi jago banget persuasi 🤣 kata kunciku dia sdh tau hahaha
DeleteMbak, ini masuk dalam wisata alam impianku. Hiks, tadinya mau november inik sini. Gatot deh. Itu bagus banget kawahnya ih.
ReplyDeleteBuruan deh,, biar resolusi 2019 bisa dicentang lagi hehe,
DeleteLho saya belum kesampaian ke Ijen. Mbak Tika udah dua kali to rupanya. Kawah Ijen selalu keren dengan ceritanya masing-masing. See u
ReplyDeleteWah harus dicoba mbak, klo suka naik gunung. Masak kalah sama ai hehehehe
DeleteWah gak keliatan si api birunya ya mb.. Btw aku dulu mayan sering ke perkebunan dekat sana, namanya Pasewaran. Tetapi blm ada kesempatan jalan2 ke Ijen. nasiib.
ReplyDeleteiya mas, gak beruntung dapat api birunya :D
Deleteaku malah belum pernah dengar Pasewaran. Mungkin kali lain bisa dimasukkan ke bucket list Banyuwangi, makasih infonya :)
Kawah Ijen beberapa tahun lalu juga dipake buat lokasi syuting Amazing Race Asia kalo gak salah
ReplyDeleteoiya bener kak, aku juga sempat menontonnya. kalo nonton juga, terlihat kan kalau jalur ijen sudah ramah terhadap pendaki pemula seperti saya :))
DeleteWahhh aku belum pernah ke kawah ijen, kok jadi mau kesana yac nanti pas liburan anak sekolah hihihi
ReplyDeletewah pas akhir tahun ya, selamat liburan ya mbak, semoga sukses naik Ijennya :)
DeleteSangar ceritanya.. Pengen ke Bangsring nih klo k Banyuwangi
ReplyDeletesangar sebelah mana ya kak? :D semoga dalam artian positif yaa hehe
Delete