Saatnya Sudah Tiba untuk Memulai Digital Detox!

Sebenarnya sudah sering banget membaca ajakan untuk digital detox yang berseliweran di timeline. Tapi waktu itu kayaknya aku belum mendapat hidayah ya, jadi masih skip-skip ajaaa...

Sampai suatu hari, aku mulai sering merasakan jari-jari yang gampang pegal. Atau pergelangan tangan yang rasanya nggak nyaman banget. Belum lagi mata yang mudah lelah dan kemerahan. Eh satu lagi nih, bahu dan leher sering capek dan kaku, kayaknya karena aku sudah jadi bagian dari generasi nunduk nih šŸ˜•   

Tadinya aku berpikir soal penuaan dini lho.

SERIUSAN šŸ˜‚

Tapi aku mencoba tenang dan berpikir dengan bijak. 

Setelah ngobrol dengan beberapa teman, dan tentu saja browsing di internet, sepertinya aku sudah terjangkit semacam kecanduan terhadap gadget dan kawan-kawannya, huhuhu. 

Saatnya sudah tiba untuk memulai digital detox!

Digital Detox: The Ultimate Guide to Improving Your Mental Health (ekincare.com)


Apa itu Digital Detox?

Sama halnya dengan detoksifikasi tubuh, konsep dasarnya sama yaitu mengurangi hingga meniadakan penggunaan perangkat teknologi yang berbasis digital. 

Dalam kasusku ini, smart phone sih sebenarnya yang agak mengganggu.

Kalau laptop, ya gimana ya kan buat kerja cari cuan. Ya kudu pake, nggak bisa nggak. 

Nah, pertanyaan paling penting adalah: Mungkinkahhhh....???

Ya nggak mungkin lah. 

Kalau meniadakan smartphone, sungguh ku tak sanggup.

Tapi kalau mengurangi, rasa-rasanya bisa sih.

Karena sejatinya, tidak semua kegiatan harus mengandalkan smartphone lho. Jadi harusnya ketergantungan terhadapnya bisa dilakukan. 

 

Manfaat Digital Detox

Apa benar digital detox bisa mengurangi keluhan-keluhan yang kurasakan?

Mari kita analisa ya.

Harusnya sih bisa, dan secara ilmiah sudah banyak sekali literatur yang menyebutkannya.

Kalau ditelisik lebih laanjut pun, masuk akal kok.

Keluhan mata sering lelah, ya tentu saja karena keseringan menatap layar selama berjam-jam. Waktu bekerja sudah pakai layar laptop, eh masih ditambah lagi dengan interaksi dengan layar smartphone. Rasa-rasanya pas tidur aja kali, aku bebas dari layar smartphone. Harusnya dengan mengurangi pemakaian smartphone, bisa mengurangi interaksi mata dengan layar yang kurang harmonis ini.

Jari-jari yang sering pegal juga bisa disebabkan karena hanya jari-jari itu saja yang sering digunakan untuk mengakses smartphone, dengan posisi yang sama. Pantesan pegal, ya kan.  

Terakhir, karena mulai mengganggu fokus dalam pekerjaan. Ada aja godaan dari si smartphone. Tadinya cuma mau niat cek WA, eh malah melebar ke IG atau si oren karena ada notif promo šŸ˜‚  


Memulai Digital Detox

Misinya adalah mengurangi ketergantungan diri ini dari smartphone.

Bayangin aja, mulai dari bangun tidur aku sudah merasa membutuhkan smartphone. Kalau nggak pake alarm yang ada di smartphone, mana bisa bangun? šŸ˜‚ 

Jadi aku mulai memetakan kegiatan apa aja sih yang benar-benar aku butuhkan dari smartphone. Dari situ aku bisa memilah mana yang benar-benar membutuhkan bantuan smartphone, mana yang tidak.

Kuy, kita mulai.


Bangun tanpa alarm smartphone

Semenjak aku rutin berolahraga sebagai kebiasaan yang baru, jam tidurku menjadi lebih baik. Tidurku lebih awal, dan tentu saja bangunku juga lebih awal. Surprisingly, ternyata aku bisa bangun tanpa alarm lho. 

Tapi tetap sih, buat jaga-jaga kalau lagi khilaf, aku tetap memasang alarm. Tapi bukan pakai alarm di smartphone.

Yap, aku membeli sebuah jam weker. 

Buat teman-teman yang lahir di tahun 90-an ke sini, mungkin nggak mudeng apakah jam weker itu, hihihi. Jam weker adalah jam duduk atau jam meja yang dilengkapi dengan alarm untuk membangunkan jiwa-jiwa yang penidur ini.

Jam ini efektif banget sih, karena bunyinya nyaring banget, Ges šŸ˜‚

Serius, waktu pagi pertama jam wekerku ini bunyi, aku seperti ditarik dari tidur lelapku, dan sukses bangun dalam sekejap karena kaget, hahaha. Dan seketika, ingatanku melayang ke jaman kecil dulu pas bangun sahur pake jam weker ini.      

Bangun tanpa bantuan smartphone efektif banget buatku untuk tidak tergoda scrolling sebagai aktivitas pertama bangun tidur. 

Bangun tanpa smartphone, cek!

 

Baca juga : Goals VS Habits


Mematikan paket data ketika mau tidur

Dan, terbukti sukses!

Ketika mengecek smartphone, dan tidak ada notif apapun yang terlihat, ternyata aku bisa langsung bangun dari tempat tidur, dan mengerjakan hal lain yang lebih bermanfaat.

Waktu di pagi hari jadi tidak terbuang sia-sia cuma gegara scrolling. Sebaliknya, aku bisa menggunakan waktunya untuk olahraga, masak, atau mengerjakan hal lain yang tertunda.

Paket data baru kuaktifkan kembali di jam 7 pagi. Paling tidak kalau ada berita untuk urusan kantor, aku sudah bisa menyiapkan diri.

Beruntungnya, orang tua dan kakak aku tinggal berdekatan. Jadi kemungkinan untuk melewatkan kabar penting atau darurat di malam hari hampir tidak ada sih. Toh, hanya paket data yang dimatikan kok, smartphone-nya masih aktif. 

 

Mengurangi aplikasi di smartphone

Ternyata yang membuatku sangat tergantung pada smartphone, karena hampir semua aktivitas bekerja dan bermainku ada di sini. 

Kalau yang membantu pekerjaan, jelas nggak bisa dikurangi sih. 

Etapi aplikasi ijo dan oren jangan ya, pormo live jangan sampai lepas šŸ˜‚

Yang pertama kueliminasi adalah aplikasi perpustakaan. Sebenarnya aku suka banget membaca e-book, apalagi yang gratisan, hehehe. Alasannya jelas karena praktis banget - nggak perlu membawa buku -, dan bisa dilakukan di mana saja. 

Duh, itulah sebabnya aku tergantung banget sama smartphone ya. 

Untuk mendukung digital detox, maka aku kembali ke jalan yang lurus, yaitu menyelesaikan buku-buku fisik yang menumpuk belum sempat dibaca. 

Aplikasi kedua yang kueliminasi adalah aplikasi Al-Quran untuk mengaji. Agar kedua mataku ini bisa istirahat dari layar, aku kembali menggunakan Al-Quran fisik saat mengaji. Sedangkan untuk azannya, sungguh, setelah kupikir-pikir lagi, aplikasi ini agak mubazir karena di daerah rumah dan kantorku, azan selalu bisa terdengar kok.

Aplikasi ketiga yang kuhapus, adalah aplikasi-aplikasi permainan yang sebenarnya nggak penting-penting banget di dalam kelangsungan hidupku šŸ˜‚ Terbukti, setelah kuhapus, hidupku biasa-biasa saja, dan baik-baik saja. Malah lebih sehat karena mataku lebih banyak istirahat dari layar.


No Push Notification

Dengan meniadakan notif, aku tidak tergoda untuk segera mengecek apapun itu. Ini sih yang membantu untuk lebih fokus, terutama saat bekerja. Notif yang kuaktifkan hanya buat komunikasi dan informasi, seperti WA dan email. 

Terkhusus untuk aplikasi oren masih kuaktifkan notifnya karena punya toko buku online. Kuy, kalau nyari buku prelove bisa mampir di mari yaaa #sembaripromo 


Bersih-bersih di sosial media

Ini salah satu tips yang manjur juga di aku. Aku hanya memfolow akun-akun teman yang kukenal secara pribadi, dan akun-akun yang informatif saja. Aku tidak lagi mengikuti akun-akun gosip #eh, atau yang viral-viral ndak jelas šŸ˜‚ Dengan demikian algoritma-nya juga akan membantu untuk memfilter timeline aku. 

Karena tidak ada notifikasi, mengecek media sosial kulakukan ketika benar-benar sedang senggang. Tidak banyak waktu yang habis terpakai hanya untuk scrolling, dan mata juga bisa istirahat dari layar.  



So, sejauh ini, baru beberapa hal ini yang kulakukan untuk digital detox. Kalau teman-teman ada saran atau ide buat aku, bagikan di kolom komentar yaa, dan terima kasih sudah membaca sampai akhir šŸ˜Š 



Comments

  1. semoga sukses digital detoxnya mbak , pagi-pagi pake acara scrolling smartphone memang jatohnya jadi buang waktu ya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mbak, masih berusaha konsisten nih. Tapi sepertinya bakal lanjut karena udah ngerasa lebih enak di badan dan mata ;)

      Delete
  2. aku pernah melakukan hal ini, karena dulu termasuk serinngggg banget kayak nyandu terutama ke sosmed, bahkan aku juga unfoll akun ga jelas kayak toko toko gitu, karena bikin aku kepancing juga buat beli

    dan untuk notif telegram bahkan aku nonaktifkan, jadi baru buka chat tergantung mood hahaha. Biasanya telegram aku diisi sama grup grup, jadi nggak ada yang terlalu urgent juga

    ReplyDelete
    Replies
    1. eh iya sama, telegram bahkan ku uninstall, karena isinya grup doang, dan aku sering lupa ikut grup apa aja dah wkwk. itu artinya aku betul2 tidak butuh telegram :D

      nah, bener kan mba. scrolling tuh sepertinya sederhana, eh tiba-tiba udah 30 menit aja. Dan pekerjaan yang seharusnya bisa selesai jadi tertunda. huft... makanya duh bener2 pe er banget buat aku untuk mengurangi scrolling

      Delete
  3. Mbaa, aku pun sbnrnya sedang medsos detoks šŸ˜„. Kalo digital detoks ga bisa mba, soalnya itu ganti hiburan Krn ga bisa scrolling FB IG šŸ˜‚

    Iyeees, jadi aku tuh kalo udh mulai ngerasa ga happy atau insecure dengan medsos, aku pasti ngelakuin detoks. Uninstall sementara, biar ga kedistrak. Uninstall doang loh yaa. Aku pasti balik ke medsos, tapi blm tahu kapan . Sampe mood bener2 membaik.

    Dan Skr ini JD lebih tenang, aku juga bisa fokus ke blog, BW ke banyak blog temen, dan selesaikan 1-1 draft blog. Kalo ada medsos aku LBH sering scrolling kesana, yg ada lupa Ama blog. Blog ga bisa aku lepas Krn ini juga sarana healing ku.

    Utk lepas beneran dr gadget, aku rasa ga dulu. Krn memang aku toh masih butuh. Mendingan DTG ke tempat tanpa sinyal kalo aku mau begitu šŸ˜. Tapi sebenernya enak juga sih lost access , kayak aku pas di Korut dulu.

    Ya Allah, itu 5 hari yg bahagia banget. Ga ada tung tung tung dr hp šŸ˜‚šŸ˜‚šŸ˜‚

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya ampun aku jadi terharu membaca 5 hari tanpa sinyal mba Fanny malah bahagia šŸ˜‚ emang lelah banget sih sebenarnya dengan serba cepat dan mudah saat ini. Makanya klo pas libur tuh pengennya selow dan tempo lambat aja dah hahaha

      Delete
    2. Krn memang ENAAAAK bangettttt šŸ¤£. Ga overthinking. Ga mikirin macem2. Aku ama temen2 bisa fokus ngobrol, tanpa lihat gadget .

      Jadi inget zaman 90an kan šŸ˜…

      Terkadang jauh dari peradaban memang bikin kita lebih tenang. Krn yg bikin insecure itu, berita2 ga jelas yg selalu kita lihat di tv atau internet šŸ¤£

      Delete
    3. iyaaa aku juga klo lagi kumpul sama teman dan kerabat, diusahakan nggak ngecek2 hape. karna aku pun kurang respect sih sama orang yang nyuekin lawan bicaranya malah sibuk sm hpnya hehe. klo mau kerja sono deh gak usah ikut kumpul2 hahaha galak

      Delete
  4. Boljug boleh juga nih mbk..kebetulan aku tuh ibu rumah tangga biasa. Jadinya kalo gawean rumah udah beres ya apalagi kalo GK mainin hp wkwk...tapi emang bener sih tangan suka pegel gitu, mata pedes dan kening suka pusing gitu, padahal aplikasi juga palingan yg di buka Ig ato yutub dan blog yg pasti karena aku nulis lewat hpšŸ¤­, dan wa..yg lain jarang buka, ga ada si Oren dan Ijo ato ungu..tapi barangkali durasinya kelamaan yaa..butuh jeda dan istirahat, pernah aku coba seharian gak pegang hp..tapi bru bbrpa jam aja tangan gatel..wkwkwk

    tapi aku idupin alarm mbk supaya bangun subuh walo azan subuh berbunyi šŸ˜

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyaa mbaa,, karna udah mulai mengganggu kesehatan aku jadinya kawatir kan :( yah kayaknya semua hal butuh istirahat kan, jadi memang sekali2 perlu juga merehatkan manusia dan gadgetnya hahaha

      Delete
  5. semoga konsisten detoxnya mbak, saya masih blm bisa dah ngelakuin ini hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mas, ini aku usahakan bisa rutin, paling ndak sebulan sekali, nggak sampe nunggu ada keluhan kesehatan lagi, soalnya kawatir juga
      :( dicoba aja dlu mas, sedikit2 untuk tahu sebatas apa kita bisa mengurangi screentime :D

      Delete
  6. awalnya susah ya mbak, nanti lama-lama terbiasa. Aku pun sudah memulai dari medsos detox dulu lah, perlahan balik ke kehidupan nyata :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Halo, terima kasih sudah membaca. Tinggalkan komentar ya, biar aku bisa balas BW šŸ˜Š

Popular posts from this blog

Kecombrang, Pemilik Aroma Segar Dan Rasa Khas Dari Hutan Indonesia

14+ First Love (2015), Kisah Cinta Pertama dari Sinema Rusia

Menikmati sistem transportasi di Jakarta, sudah keren banget!