[REVIEW BUKU] My Sister’s Keeper by Jodi Picoult
Data Buku
Judul: My Sister’s
Keeper (Penyelamat Kakakku) (2004)
Penulis: Jodi Picoult
Alih Bahasa: Hetih
Rusli (2007)
ISBN:
978-979-22-3399-5, 528 hlm, 20 cm
Penerbit: PT Gramedia
Pustaka Utama
Resensi
Novel My Sister’s Keeper ini bercerita dengan apik, tentang kisah seorang gadis
usia tiga belas tahun bernama Anna, yang menggugat kedua orang tuanya secara
hukum karena merasa terus menerus dimanfaatkan untuk kesehatan kakaknya, tanpa
persetujuannya.
Memang benar, bahkan kelahiran Anna sebenarnya khusus direncanakan
agar dapat menyumbang sel darah tali pusat untuk kakaknya penderita leukimia
akut, Kate. Sejak itu, Anna harus menjalani puluhan suntikan, transfusi darah,
dan operasi, agar Kate bisa melawan leukimia yang dideritanya sejak
kanak-kanak.
Yang terbaru, Ibunya meminta Anna menyerahkan ginjalnya
untuk Kate yang sedang sekarat.
Di titik inilah Anna mulai berani mempertanyakan hidupnya. Sampai
kapan dia harus terus menyuplai kebutuhan kakaknya? Kali ini Anna merasa cukup
besar untuk dapat memiliki hak atas tubuhnya sendiri.
Tentu saja gugatan Anna mengagetkan kedua orangtuanya, dan
memecah keluarga mereka. Konflik antara Anna dan keluarganya dikisahkan dengan
indah oleh Jodi Picoult, si pengarang. Jodi memilih untuk bercerita dari sudut
pandang masing-masing anggota keluarga Anna: si Ayah, Ibu, kakak laki-lakinya
Jesse, Kate, dan tentu saja Anna. Ada juga dari sudut pandang pengacara Anna,
yang ternyata juga memiliki konflik yang berbeda sebagai bumbu dalam novel.
Baca juga: Review Buku, Wisdom of Gontor
Tentang cerita ini...
Aku selalu mengagumi kelihaian para novelis, yang bisa
mengaduk-aduk perasaan pembaca. Pembaca bisa ikut terlena, marah, sedih,
bahagia, bahkan menangis, hanya dengan olahan kata-kata tanpa visual. Aku belum
sampai di level itu, Sis!
Aku pribadi juga bingung, bagaimana rasanya menjadi orang
tua Anna dan Kate. Di satu sisi, ada anak yang sakit, di sisi lain ada anak
yang bisa menolong kakaknya, namun dia sebenarnya berhak sih untuk menolak,
bukan kewajiban juga untuk menolong kakaknya, (hanya sebuah kewajiban moral
mungkin?)
Aku bisa memahami kenapa orang tuanya mendesak Anna, karena hidup Kate berkejaran dengan waktu. Mereka ingin
Anna menolong kakaknya, toh menurut dokter kondisi Anna sangat sehat untuk
punya satu ginjal, artinya operasi ini tidak membahayakan hidupnya, dan banyak orang yang bisa hidup normal dengan satu ginjal. Di satu
sisi, mereka tahu Anna pasti akan menolong kakaknya, tidak ingin kakaknya
sampai meninggal, dan mungkin di masa depan akan menyesali keputusannya.
Tapi aku juga memahami posisi Anna. Selama ini dia praktis
tidak menolak karena masih terlalu kecil, dan ini untuk kakaknya, tentu saja
Anna mau melakukannya. Hanya kali ini, Anna merasa ingin memiliki kuasa atas
tubuhnya, bisa memiliki pilihan untuk berkata iya atau tidak, meski aku sedikit
yakin tidak mungkin Anna tidak membantu kakaknya.
Gimana, penasaran gak sama endingnya? Baca sendiri yaa 😉😉
Setelah membaca novel ini, ada beberapa hal yang menjadi
catatanku:
1. Anna dilahirkan khusus karena ingin menyerahkan
sel darah tali pusat ke kakaknya. Itulah tujuan Anna dilahirkan ke dunia ini,
awalnya. Seperti yang dikatakan Anna, "Namun itu membuatku bertanya-tanya, apa yang terjadi jika Kate sehat. Kemungkinannya, aku masih melayang-layang di Surga atau entah di mana, menunggu untuk dilekatkan pada tubuh agar bisa menghabiskan waktu di bumi. Pastinya aku tidak akan menjadi bagian dari keluarga ini. Begini ceritanya, tidak seperti bagian lain dari dunia yang bebas ini, aku tidak lahir ke dunia tanpa sengaja. Dan jika orang tuamu memilikimu karena alasan tertentu, maka sebaiknya alasan tersebut tetap ada. Karena jika alasan itu hilang, kau juga hilang."
Aku jadi mempertanyakan, kenapa sih kita
memutuskan punya anak? Buat apa sih? Aku sendiri belum punya anak ya. Tentu
saja aku ingin mempunyai anak, tapi kalau ditanya buat apa? Bingung juga
jawabnya, karena ingin saja?
Iseng kutanya Ibuku. Ibuku menjawab “Setiap
orang menikah ya pengen punya anak.” Ketika kutanya lagi, “Iya, pengen itu buat
apa Mam? Kalau cuma pengen kenapa gak satu aja Mam, kok sampai tiga wkwkwk.”
Mulai durhaka, hehehe.
Penasaran jawabannya??? “Punya satu kok
lucu, pengen lagi. Eh cewek lagi, ya udah satu lagi, siapa tahu cowok. Setelah tiga
cewek, ya sudah berhenti.”
Wkwkwk agak kecewa sih mendengarnya, kirain
bakal ada jawaban yang sophisticated dan
romantis gitu. Tapi yaa mungkin itu memang jawaban yang jujur ya. Malah mungkin
ada yang jawabannya, lah soalnya kebobolan wkwkwk 😋😋
Aku jadi teringat soal aliran childfree
yang belakangan muncul. Jadi ada beberapa pasangan yang memutuskan secara sadar
untuk sepakat tidak mempunyai anak. Mereka memilih untuk hidup berdua saja,
untuk kualitas hidup yang lebih baik. Mereka merasa tidak cukup mampu untuk memiliki
dan mendidik anak, dan percaya untuk menyayangi anak, tidak perlu memilikinya
sendiri, tapi masih bisa kok berbagi dengan anak-anak di sekeliling mereka.
Di sini aku tidak menghakimi pihak manapun
ya. Setiap orang dan pasangan tentu punya pertimbangan masing-masing dalam
segala keputusan dalam hidupnya.
Maksudku di sini mempertanyakan
soal tujuan memiliki anak, ya simpel karena kondisi Anna ini. Lebih ke pertanyaan
ke diri sendiri sih. Semoga tidak menyakiti pihak manapun ya.
Baca juga: My Life as Writer
2. Di novel diceritakan bagaimana pasangan Ayah dan
Ibu menghadapi masalah Anna. Mereka berbeda pendapat, bertengkar, saling
mendiamkan, lalu salah satu mengalah. Dalam diam mereka tahu apa yang diinginkan pasangannya, tapi mereka juga masing-masing punya pendapat sendiri. Saling
menghargai perbedaan, adalah pesan penting di novel ini. Menjadi pasangan tentu
saja tidak bisa terus-terusan sepakat dalam semua hal agar keluarga tampak
harmonis. Harus ada kompromi, dan saling menghargai agar hal-hal bisa teratasi
dengan baik.
3. Anna tidak hanya bersaudara dengan Kate, mereka
juga bersahabat baik. Ingatan jadi melayang ke masa kecilku ketika kami bertiga
cewek-cewek masih kecil. Kami juga bersahabat baik dan selalu bersama. Beberapa
hal hanya bisa kami ceritakan ke saudara lho, bukan ke orang tua. Rahasia terbesarku
ya ada di saudara-saudaraku 😁
Beranjak dewasa tentu kami masih berhubungan
baik, tapi karena kesibukan dan jarak jadi seringnya terasa jauh. Tapi jauh di
lubuk hatiku aku tahu, mereka pasti selalu ada buat aku, sama halnya denganku.
4. Ada saat-saat dimana aku sering marah atas keputusan-keputusan
orang tuaku. Tapi setelah membaca buku ini, rasanya tidak adil kalau hanya
sekadar menyalahkan orang tua tanpa memahami kondisi saat itu.
Aku rasa seperti semua hal di dunia ini,
tidak ada yang pasti. Tidak ada keputusan yang terbaik. Yang ada adalah keputusan
terbaik yang bisa diambil saat itu. Tidak ada yang tahu pasti apa yang terjadi
di masa depan. Yang ada adalah kita pertimbangkan semua yang baik saat ini,
lalu kita ambil keputusan. Hasilnya, well,
semua seimbang, 50-50, bisa sukses bisa gagal, karena sekali lagi tidak ada
yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan.
Simpulan
Buat penyuka bacaan dengan genre drama, tentang cinta dan keluarga,
novel ini bisa dimasukkan ke keranjang bacaan berikutnya. Kalau sudah baca, share
juga ya 😊
Oiya, sudah lama sekali tidak bercerita soal buku di blog
ini. Nah ceritanya aku ingin meramaikan kembali #tuturbuku, salah satu tagar di
blog ini. Akhirnya aku juga berkomitmen untuk membaca 1 buku setiap minggunya.
Doakan ya konsisten!
Sumber gambar: Wikipedia
Wah ini salah satu novel favoritku nih, bagus banget. Tapi aku pribadi lebih suka versi buku ketimbang filmnya.
ReplyDeleteKlasik ya, kalau ada film yang diadaptasi dari buku, pembaca pasti merasa lebih bagus bukunya. Aku belum nonton filmnya sih, tapi bisa lah aku anggap begitu. Membaca bukunya itu menuntaskan fantasi-fantasi kita akan penokohan, tempat kejadian, dan suasana. Ketika ditranslasi ke film oleh orang yang berbeda (sutradara), tentulah berbeda dengan ekspektasi kita :D
DeleteTerima kasih sudah mampir dan membaca ya :)
Keren banget ya, premisnya. Jadi penasaran pingin baca langsung
ReplyDeleteSelamat membaca mbak 🤗🤗
DeleteMungkin bisa ditambahkan detail bukunya kak. Minimal ada penerbit, tahun terbit, dan harga biar makin bikin penasaran buat ngubek ngubek cari bukunya
ReplyDeleteOiyaya, makasih mbak masukannya. Akan aku tambahkan di artikel
DeleteSebuah pilihan yang kompleks dalam keluarga ya, penasaran gimana penulis menyelesaikan endingnya.
ReplyDeleteIya mbak, krm penasaran aku juga menyelesaikan baca buku ini dalam 2 hari saja wkwk
DeleteBagus banget bukunya, jadi pingin baca
ReplyDeleteKarena ada drakor yang kisahnya mirip banget
Saya pingin tau penulis skenarionya nyontek ga ya? 😁😁😁
Hehehe gak tau siapa duluan nih. Buku ini terbit 2007 Ambu..
DeleteWahhh klasik yaa aku pengen baca nih kalo baca ulasannya. Semoga nemu yaa di gramedia
ReplyDeleteSiapppp. Selamat membaca 😎😎
DeleteEntah mengapa para penulis novel luar negeri itu selalu saja ada ide cerita yang menarik. Meskipun cerita seperti ini, jarang terjadi di Indonesia. Tapi baca reviewnya, layak untuk dibeli
ReplyDeleteIya mbak, aku juga mikirnya begitu. Kok bisa punya ide cerita seperti ini ya... keren dan cara mengisahkannya pun oke banget. Salut!
DeleteKak Tika.. baca resensi ini bikin aku mikir..
ReplyDeleteAwalnya punya anak ya karena salah satu tujuan menikah ya punya keturunan.
Lalu aku pun flashback saat keluarga lagi punya masalah.
Saat itu ibu berharap aku mau merelakan perhiasanku untuk biaya kakak di rumah sakit.
Mungkin aku bisa berkata "kenapa harus punyaku " ya kan ..
Namun ketika sudah semakin dewasa aku pun menyadari, bahkan hutangku kepada ibu lebih besar dari hanya perhiasan itu.
Dan luar biasanya Anna, bukan sekedar barang yang ia relakan..
Tapi juga anggota tubuh ya
Lalu saat aku jadi orangtua, kadang aku merasa egois sama anak kak..
Punya anak, dan mereka harus baik, itu seperti pamrih banget, bahwa mereka nantinya jadi tameng aku saat di akhirat..b
Hiks..semoga aku nanti semakin bijak kak Tika..
Yaaa begitulah kak, mempunyai keluarga itu ya sepaket dengan senang dan susahnya. Tapi alangkah masih beruntung kalau kita masih punya keluarga ya, ada pegangan dan tempat untuk pulang. Semangat ya Kak, selalu ada jalan untuk lebih baik :)
DeleteSaya sudah nonton ini filmnya.
ReplyDeleteEndingnyabtak disangka sangka lho
Pasti bilang "ooo ternyata anna dan kate begitu..."
Rindu nonton film2 kayak gini, sayang saya sekarang dilarang..😔
Maksudnya dilarang nonton kah?
DeleteNah itu mbak, aku baru tahu kalau ternyata sudah ada filmnya, hehee parah ya?
Mungkin tak salah jika anna sudah lelah dan berfikiran seperti itu.
ReplyDeleteKarena didalam hati nya ia juga layak tuk bersuara atas apa yang ingin ia utarakan.
Tetapi orang tua nya selalu tak pernah memberi kesempatan.
Sampai-sampai ginjal pun harus dikorban kan.
Duhh,makin penasaran sama kelanjutannya
hehehe ayo baca mbak biar tahu endingnya, ada kok di ipusnas :)
Deletejadi pengen baca buku novelnya.. sepertinya bagus buat bahan referensi bacaan
ReplyDeletebuat referensi apaan ini Bang? lagi riset tentang parenting kah?
DeleteCerita yang diangkat unik ya. Tapi aku dulu juga sempat bertanya, kenapa ada orang tua yang tidak mencintai anaknya. Padahal anaknya tidak minta untuk dilahirkan. Dan jawabannya memang rumit..hihi...
ReplyDeleteRumit serumit-rumitnya :')
DeleteWah kalau mau dibahas soal ini, bisa panjang mbak. Memang banyak sih orang tua yang masih belum selesai dengan dirinya sendiri. Tapi kalau di novel ini, aku rasa murni soal orang tua ingin kesembuhan anaknya. Tapi betul juga, membaca novel ini membuka pikiran dan aku juga jadi banyak mikir :D
My Sister's Keeper filosofis banget kontemplasinya ya, aku dilahirkan utk menyuplai sl darah tali pusat buat kk yg leukemia.
ReplyDeleteBtw, kami punya keturunan agar ada yg selalu mendoakan... kelak saat kami sudah di alam kubur, huhuu
Aminnn,, semoga Mbak Mia dan anak2 dan keluarga sehat selalu yaaa
DeleteTelat nyari bukunya euy. Udah duluan nemu filmnya. Filmnya sih menarik. Tapi kok kayanya kok tetep, lbh imajinatif baca bukunya.
ReplyDeleteEnak ga ya kira2 kl baca bukunya kemudian..
Kalo setelah nonton film baru baca bukunya, menurut aku menarik mbak. Jadi bisa nyocok2in dan malah mungkin bukunya bisa menjelaskan dimana di film kurang jelas :)
DeleteIya, novelis itu pandaui mengaduk perasaan dan membuat pembaca enggan istirahat. Itulah salah satu alasan kenapa saya sudah idak baca novel lagi, Mbak. Saya jadi terlalu fokus membaca sampai lupa pekerjaan rumah. Keteteran, jadinya.
ReplyDeletewkwkwkw iyah mbak, ini ibarat nonton drakor langsung lunas, karena penasaran endingnya sisss akhirnya semua kerjaan terbengkalai :')
DeleteYa Allah bacanya aja ngerasa nyess banget ya, ga ngerti deh gimana perasaan Anna ini pasti sedih soale kehadirannya untuk membantu kakaknya.
ReplyDeleteIya mbak, ini salah satu cerita yang sukses buat aku nangis. Karena dilema mereka itu bikin nyesek banget buat semuanya
DeleteAku punya novel ini. Sudah ditimbun lama di rak buku. Belum tergerak buat baca walaupun banyak yang bilang bagus 😄
ReplyDeleteHehehe aku ngaku juga deh. Ini kali kedua aku membaca novel ini hehehe sama mbak, tertumpuk lama di lemari. Karena pengan tak sumbangkan jadi kubaca ulang terlebih dahulu, dan reviewnya kusimpan di blog :D
Deletemakasih reveiwnya
ReplyDeletesama2 Mbak, terima kasih sudah membaca :)
DeleteSpertinya masih menarik komik doraemon edisi lawas yg barusan sya baca v:
ReplyDeletehahaha ya masak dibandingkan sama komik Kak :')
Delete