Ini Alasan Kenapa Bekerja bersama Para Bule Perlu Dipertimbangkan dengan Serius.

girl squad pepotoan bareng the boss (2014)


 

Sebagai bagian dari komunitas karyawan swasta, kami memiliki privilese dalam hal pindah-pindah kerja. Berbeda dengan para PNS, dimana resign bukan cita-cita luhur mereka, kebanyakan dari kami akan semangat untuk pindah kerja karena ada gaji pilihan yang lebih baik di luar sana.

Salah satu alasan teratas selain pertimbangan gaji biasanya adalah mencari pengalaman belajar yang berbeda. Dengan berpindah-pindah kerja, kami bisa mencicipi banyak bidang bisnis. Penjelasan sederhananya begini, seorang karyawan di bagian akuntansi bisa bekerja di perusahaan jasa periklanan, manufaktur, retail, restoran, jasa konsultan, dan masih banyak lagi bidang bisnis lainnya. Buat para insan dengan jiwa petualang, kesempatan seperti ini juga memperbanyak relasi, dan tentu saja menambah daftar pengalaman kerja di daftar riwayat hidup atau curriculum vitae.

Nah, menurut pengalamanku yang masih sedikit ini, salah satu yang perlu dicicipi juga adalah bekerja di perusahaan asing. Buat para kawan yang sedang sibuk mencari pekerjaan, bolehlah dipertimbangkan untuk bekerja di perusahaan asing, utamanya yang bisa bekerja langsung bersama para bule. Minimal sekali aja deh buat pengalaman hidup.

Kenapa bisa begitu?

Masa-masa bekerja dengan para bule ini menjadi salah satu masa-masa indah dalam perjalanan karir saya. Hal pertama yang membuat bahagia tentu saja karena punya bos-bos yang ganteng. Sungguh semesta sangat murah hati padaku, punya bos-bos bule yang masih muda dan beneran ganteng. Yep, tidak cuma satu, tapi ada beberapa bos bule.

Bayangkan, bekerja bersama pak bos yang ganteng minimal 8 jam sehari, di satu ruangan yang sama. Saat istirahat bisa makan bareng, saat dinas ke luar kota juga bareng, gimana gak bahagia coba? Tentu saja dimana-mana namanya bos defaultnya emang nyebelin, tapi kalau ada poin ganteng bisa lah dimaafin.


Baca juga: Another Self-Love Story, Promises to Myself 


Yang kedua, sejak awal ketemu sama para bos bule, mereka sangat menghargai kehadiran kami, karyawannya. Mereka murni menilai hanya dari pekerjaan kami. Bukan dari kulit, penampilan, koneksi yang kami punya, atau bahkan dari hijab. Jujur, aku malah lebih sering didiskriminasi oleh sesama orang lokal. Ya ya, aku tahu, orang Indonesia memang rasis banget.

Kalau kerjamu bagus, mereka akan memuji. Kalau kerjamu kurang bagus, mereka pasti menegur, dengan cara yang beradab. Gak ada ceritanya deh yang dipermalukan di depan umum. Pelaku suka mempermalukan orang lain ini memang kelakuan oknum sih, bukan berarti semua bos lokal seperti ini, ya.

Yang ketiga, budaya mereka yang sangat mengedepankan keterbukaan. Mereka terbuka dengan segala masukan dari bawahannya. Mereka juga terbuka dalam hal diskusi. Kalau ada masalah bisa dibicarakan dengan obyektif, tidak perlu merasa sungkan atau malu.

Mereka juga lebih menyukai struktur organisasi yang ramping, yang memungkinkan kami semua dapat saling berkomunikasi. Tidak ada rahasia terselubung, atau politik kantor yang sengit.

Kami semua di bawahnya punya status yang sama. Tidak ada senior (orang lama) atau junior (orang baru). Kesenioran datang dari keahlian yang dimiliki, bukan dari durasi tahun bekerja. Tidak perlu sembunyi-sembunyi, tidak ada agenda carmuk, tidak kenal slintat slintut. Kolusi dan korupsi juga nehi-nehi lah, karena ya, mereka lebih suka main aman di negara orang.

Yang terakhir, aku belajar banyak soal etos kerja dari mereka. Bagaimana bekerja bersama dalam tim, harus selalu kompak dan berkomunikasi. Selalu update perkembangan proyek yang berjalan, sehingga kalau ada yang keseleo bisa langsung ditangani. Bagaimana bekerja dengan hati, tahu dan merasa kalau ada yang tidak beres, bukan hanya bekerja asal selesai, macam robot je. Bagaimana bekerja dengan cerdas, menggunakan waktu dengan efektif di kantor. Sering lembur bisa berarti manajemen waktumu tidak efektif.   

Tentu saja banyak juga minusnya bekerja bersama para bule ini. Salah satu yang paling  menonjol adalah akan selalu ada perasaan superior dari sisi mereka. Mungkin karena datang dari negara maju ya, secara otomatis naluri untuk menghakimi kondisi di negara berflower jadi membuncah. Belum lagi memang terbukti fakta bahwa kami-kami ini sering tidak disiplin, belum lagi kementhus bin kemlinthi. Mokong kabeh!

Tapi sesungguhnya itu adalah sebuah tantangan, kawan. Buktikan saja kamu pegawai yang berkualitas dan bisa diandalkan, dijamin mereka akan klepek-klepek pada waktunya.

Comments

  1. Saya punya beberapa partners -western- yang memang kalau dari segi profesionalitas sangat bagus dan mostly mereka tepat waktu juga nggak menilai orang sembarangan. Banyak hal bisa saya pelajari dari mereka soal pekerjaan, tapi bisa dibilang, banyak hal juga yang saya sayangkan, salah satunya perasaan superior seperti yang mba Kartika jelaskan :D hehe.

    First impression problems, kebanyakan dari mereka (oknum) ada yang memandang rendah orang Asia, meski yang dipandang rendah kadang sikapnya memang minta bangetttt dipandang rendah. Contohnya hobi jam karet :< terus meleset dari deadline, belum lagi kalau hasilnya nggak maksimal. Dari situ saya tau, ada sebab ada akibat kenapa mereka berpikir demikian, dan memang tugas kita untuk berusaha menunjukkan kalau nggak semua orang Asia demikian. Yang penting kita keep giving our best, dan mereka akan klepek klepek pada waktunya :)))

    Terima kasih untuk tulisannya, mba :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyah mbak, benerrr. Tugas kita loh buat buktikan kalau kita berkualitas dan patut diperhitungkan yhaa~


      aniwei, kerja dimana saja selalu ada positif dan negatif sih, tapi aku rasa bekerja sama para bule juga memberi kesempatan diri untuk belajar banyak dan bersaing dengan global Citizen :D'

      terima kasih sudah mampir dan membaca yaaa ^_^

      Delete
  2. 13 THN aku kerja di bank asing yg mana petinggi2nya mostly bule. CEO udah pasti :D. Yg hrs aku akuin, etos kerja mereka memang patut dikasih jempol. Pikiran mereka terbuka, dan berani pake cara2 out of the box.

    Justru mereka paling sering minta kita utk berfikir di luar kebiasaan. Hrs pemikiran yg baru, yg unik, kreatif. Mereka menghargai kedisiplinan juga. 1 LG yg aku suka kerja dengan para expat ini, Krn mereka ga suka birokrasi berbelit.

    Di perusahaan lokal , banyak anak buah ga berani lgs email ke bos mereka yg jauuuh LBH tinggi. Biasanya minta atasan di atasnya 2m1 tingkat utk mengirimkan email mereka. Jd berjenjang.

    Tp di perusahaanku kemarin, aku santai aja kalo mau email petinggi2 ini. Ga usah repot2 lwt line managerku, bisa lgs ke mereka. Krn mereka slalu pgn komunikasi yg cepet dan ga bertele2..

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyaaa betul ya Mbak!
      Buat aku bermanfaat banget sih buat pengalaman pribadi sekaligus juga meningkatkan kualitas diri sejak muda. Keluar dari perusahaan itu, aku merasa bisa beradaptasi di situasi apa pun, karena sudah punya modal mental yang teruji :)

      Delete
  3. Bekerja dengan bule (orang selain Indonesia), lumayan dapeat banyak pengalaman aku tu. Paling bagus buat diikuti buat perform adalah bule Jerman, yang mana nggak membuang waktu dan fokus sedikit pun dalam waktu kerja.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya betul, etos kerja mereka memang beda sama kita. Entahlah, aku rasa alasannya karena di Indonesia kita gak diajarin bagaimana etika kerja yang benar sejak kecil, baik dari sekolah formal maupun oleh orang tua (dalam hal ini orang tuaku ya). Jadilah aku benar2 belajar dari pengalaman sewaktu kerja. Digembleng habis2an oleh bos yang lokal maupun yang bule, nangis2 deh waktu itu, tapi merasa beruntung dapat bos2 yang cukup peduli pada diriku hehehe

      Delete
  4. Kementhus bin kemlinthi wkwkk auto ngakak.
    Tapi bener mba, cara dan etos kerja org bule (sebagian besar) itu jauh berbeda dari kebanyakan org lokal.

    Ak juga pernah kerja dimana sesama bawahan aja saling sikut jilat sana sini. Hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha kalau ketawa berarti gak roaming ya :P

      Nah, bener kan ya? Masih ada sih suasana kantor yang begitu, kurang kondusif sih suasana politiknya. bikin males kerja sih sejujurnya karena bukan prestasi yang dikedepankan, kalau sudah begitu biasanya aku cabut saja demi ketenangan jiwaku hehehe

      Delete

Post a Comment

Halo, terima kasih sudah membaca. Tinggalkan komentar ya, biar aku bisa balas BW 😊

Popular posts from this blog

14+ First Love (2015), Kisah Cinta Pertama dari Sinema Rusia

[REVIEW BUKU] My Sister’s Keeper by Jodi Picoult

Menyambut Hari Tua dengan Memiiliki Asuransi Berbalut Investasi