Srimulat: Aneh itu Lucu, Lucu itu Aneh.


https://nourabooks.co.id/tag/srimulatism/



Siapa yang nonton episode Srimulat di Mata Najwa minggu lalu? Rasa-rasanya masih belum bisa move on nih. Makanya pengen cerita di blog.

Sebagai seorang penggemar Srimulat, senang sekali akhirnya bisa bernostalgia kembali. Aku ingat dulu ketika kecil, seminggu sekali Srimulat diputar di TV. Salah satu tontonan yang kutunggu-tunggu kala itu. Biasanya aku nonton bersama Papiku. Kami tidak saling bicara, tapi yang pasti tertawa bersama.
Pemain favoritku yaitu Timbul, Tessi, Pak Eko, dan Basuki. Entahlah, melihat sosok mereka saja sudah kepingin ketawa. Benar yang disebut di Mata Najwa, bahwa kelebihan Srimulat adalah kuatnya karakter masing-masing pemain. Dan kerennya karakter itu bukan akting. Itu murni karakter pribadi mereka. Ya tentu saja karakter itu dibuat di Srimulat. Maksudku adalah mereka bermain sebagai diri sendiri, bukan akting menjadi orang lain. Namanya Srimulatism.



Disebutkan juga di Mata Najwa, mereka melawak tanpa skenario. Mereka hanya diberi jalan cerita, lalu bebas mengembangkannya. Tentu ada pakem-pakem yang disepakati bersama dengan sutradara yaitu Pak Teguh, sehingga tidak melenceng jauh dari cerita awal.


Sayangnya sampai hari ini Srimulat belum berkarya lagi ya. Bahkan personilnya hanya bersisa 7 orang. Sepertinya belum ada regenerasi di dalam tubuh Srimulat. Sayang disayangkan.

Kalau boleh dibandingkan dengan serial komedi dari barat, Friends misalnya. Mereka cuma berenam, masing-masing punya karakter yang khas juga. Bedanya karakter itu nempel di tiap episod selama 10 tahun! Tidak heran serial itu bertahan hingga musim ke-10. Sampai sekarang pun masih dibahas di berbagai akun fans garis keras. Aku termasuk di dalamnya. Tapi serial Friends adalah akting belaka. Harus diakui akting mereka sangat apik sehingga kita percaya mereka betulan lucu, entah dalam kenyataaan ya ๐Ÿ˜Š

Yang lagi ngehits sekarang, komedi standup. Para komedian ini berbeda gayanya. Mereka menulis terlebih dahulu, untuk kemudian mengeksekusinya. Karena beraksi sendirian, cerita harus kuat dan komedinya harus nonjok, karena tidak punya rekan sebagai pengumpan atau memberi balasan. Karakter pribadi juga harus kuat, karena mereka menjual karakter itu ke penonton.



Aku pribadi menganggap komedian adalah seorang yang jenius. Mereka bisa berpikir cepat dan pinter ngeles. Membuat orang tertawa itu juga bukan pekerjaan gampang. Membuat orang marah lebih gampang hehehe. 

Kagum aja gitu, menyaksikan betapa buat mereka, bahan apa saja bisa jadi guyonan. Aku yang suka guyon juga selalu mati gaya, ketawa aja udah, gak bisa balesin.

Aku menyukai semua jenis komedi, kecuali yang menggunakan bahasan seksis dan fisik. Masih banyak sih di indonesia yang menganggap komedi seperti ini lucu. Entah dimana lucunya, aku tidak paham, Ferguso.
Buatku yang terpenting, komedi itu universal, membuat orang tertawa, semua orang tertawa, dan kita bisa tertawa bersama-sama. 

Hahahaha....



Comments

  1. Iya sekarang tuh ada juga standup gunung, belum tau gimana sih itu stand upnya digunung apa gimana wkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehe iyah, kalau di laut namanya stand up laut :D

      Delete
  2. saya nontooon acara mata najwa... saya ga ingat berapa kali nonton srimulat waktu kecil, karena ga paham dengan lawakan... cuma memang yang terkenang itu ya Tesi dan Tarsan saja

    ReplyDelete

Post a Comment

Halo, terima kasih sudah membaca. Tinggalkan komentar ya, biar aku bisa balas BW ๐Ÿ˜Š

Popular posts from this blog

14+ First Love (2015), Kisah Cinta Pertama dari Sinema Rusia

[REVIEW BUKU] My Sister’s Keeper by Jodi Picoult

Mau Staycation atau Business Trip? Ini Bukti Cintaku, #PastiAdaOYO Jawabannya