Because This is My First Life (2017)




wikipedia.org


Sudah cukup lama sebenarnya aku puasa nonton serial drakor. Alasannya karena tidak ada waktu. Rasanya sayang menginvestasikan (membuang?) waktu 16-20 jam hidupku hanya untuk menonton.
Tapi suatu saat, ditengah kegabutanku di rumah, aku memutuskan untuk menonton TV. Setelah memilih-milih channel, jatuhlah pilihanku di channel Korea. Saat itu sedang diputar serial ini. Sudah episode kedua sebenarnya, tapi adegannya sangat menarik sehingga aku memutuskan untuk tetap menonton.
*Karena film ini sudah cukup lama, spoiler would be fine kan*😊
Episode kedua yang aku tonton adalah ketika Nam Se Hee melamar Yoon Ji Ho. Meski kaget dan tidak siap, Ji Ho menjawab “Ya”. Duh gemes, karena setelah itu bersambung. Jadilah aku kembali menjadi budak serial drakor. Sok Idealismeku menguap. Penasaran euy!
Nah ternyata, setelah kuselami episode-episode nya sampai akhir, menurut aku serial ini sangat menarik dan manis sekali. Banyak hal sebabnya. Seperti biasa, untuk hal-hal favorit aku, aku ingin bercerita selengkapnya. Jadi kubuatkan saja ya listingnya 😎


Akting para aktor ciamik soro!

Suwer, aku bukan pemuja drakor. Aku juga tidak terlalu hafal bintang-bintang Korea. Cuma satu yang selalu ada di hati. Hanya Gong Yoo seorang, muah 😍😍
Kedua bintang utama serial ini, ya baru kali ini aku mengenal (melihat) mereka. Tapi aku suka.
Aktingnya natural, tidak berlebihan. Lee Min Ki berperan sangat baik sebagai laki-laki dewasa yang kaku, minim ekspresi, ajaib, dan tidak banyak bicara. Jago banget memendam emosinya, meski sebenarnya perasa dan sensitif. Dan dia tetap selow meski seringkali berhadapan dengan kekonyolan Ji Ho.




Jung So Min sendiri, juga pas memerankan Ji Ho yang berkepribadian terbuka, dan kadang kekanakan. Gayanya naif, namun bisa juga tegas, meski sebenarnya penakut juga. Pas semuanya.
Setelah hubungan mereka mulai lebih dekat, chemistrynya dapet banget. Se Hee yang kadang jayus dan suka komen gak penting, bisa ditanggapi Ji Ho dengan baik. Sampai akhirnya mereka mulai jatuh cinta, lalu berkencan dan berciuman, semua terasa natural. Tidak lebai.
Tokoh-tokoh lain disekitar mereka, juga bermain dengan apik. Masing-masing punya kisah sendiri, bukan sekedar pelengkap saja. Ada yang lucu, sedih, juga mengharukan. Cerita cintanya lengkap, mulai dari kisah cinta yang pacarannya lama belum nikah juga, dan yang anti menikah.

                                    


Pesan Ibunda Ji Ho
Satu adegan yang bikin baper banget adalah ketika ibunda Ji Ho membuat Se Hee berjanji untuk tidak menghalangi impian Ji Ho setelah mereka menikah. Karena sebelumnya Ji Ho bertengkar dengan ibunya, jadi adegan ini sungguh sangat menyentuh. Ternyata, bagaimanapun, kasih ibu tidak pernah berhenti, ya.
Tbh, aku nangis senangis-nangisnya saat adegan ini. Teringat beberapa pertengkaran dengan Ibuku sendiri, yang lagi-lagi selalu dimaafkan oleh Ibu. Maafin aku, Mam 😓


Si Kucing
Se Hee punya seekor kucing. Entah ya rasnya apa, aku tidak seberapa paham dengan kucing non lokal.
Kucingnya super duper nggemesin banget. Pintar akting juga lho!
Dibahas juga di salah satu vlog Jung So Min (pemeran Ji Ho), si Kucing ternyata bernama Lime dan Mint. Yes, ada 2 ekor kucing.  Mereka ini dua ekor bintang film, dan sudah memiliki beberapa film yang sukses dibintanginya. Biar tidak lelah, harus ada stunt-cat juga dong hehe, keren ya!
Sebagai seorang cat person, aku sukaaa banget kalau ada kucing di film yang aku tonton. Apalagi si Lime dan Mint ini juga turut andil dalam cerita, bukan sekedar gimmick.
Gemaaayyyzzz!!!                   

Gemezz kan yaa :)) 

Quotes favorit

Beberapa kutipan aku catat sebagai favoritku :
1.      Tragedi neokorteks

Ingat kutipan ini? Di episode pertama, ketika mereka menunggu di halte bus, ketika Ji Ho curhat soal patah hatinya. Se Hee malah berceramah soal ketiadaan neokorteks pada kucing, dimana kucing tidak masalah melakukan hal yang sama setiap harinya, makan makanan yang sama setiap harinya, karena mereka tidak memiliki konsep waktu, yaitu yang diatur oleh neokorteks. Manusia mengalami tragedi neokorteks karena sering melakukan kesalahan yang sama berulang-ulang.
Mendengar itu, Ji Ho menanggapi, “Hari ini aku terhibur dengan kata-kata anehmu. Terima kasih ya.”
Menarik ya, kadang kita tidak membutuhkan penghiburan macam kata-kata yang menguatkan. Kita hanya butuh sedikit distraksi, agar tidak lagi mengingat hal yang membuat sedih.

2.      Menikah karena cocok, setelah itu kami baru jatuh cinta.

Pernyataan ini mengguncang (lebai) diriku yang sifat dasarnya adalah hopelessly romantic. Menikah bukan karena cinta??
Tapi sebenarnya masuk akal, sih. Mungkin jaman dahulu, ketika pernikahan adalah hasil perjodohan orang tua, kecocokan adalah yang utama. Lalu jatuh cinta karena terbiasa, kasih sayang pun muncul pelan-pelan tanpa disengaja. 
Aku jadi bertanya-tanya, apakah cinta itu memang overrated? Apakah betul bahwa cinta dibutuhkan untuk menikah?  
Jadi mikir ya? Hmm

3.      Kamar no 19

Dikisahkan tentang sebuah novel yang dibaca Ji Ho, yang bercerita tentang sebuah kamar rahasia disebuah penginapan. Dimana untuk mempertahankan kamar rahasia tersebut, seorang istri mengaku berselingkuh, padahal dia sama sekali tidak selingkuh. Dia rela mengakui hal yang tidak dia lakukan, hanya untuk menutupi keberadaan kamar tersebut.
Kenapa? Karena di dalam kamar tersebut dia bisa menjadi dirinya sendiri. Bukan seorang istri, seorang Ibu, seorang anak, atau seorang menantu. Hanya menjadi dirinya sendiri. Kamar itu sangat penting buatnya, bahkan jika harus mengakui berselingkuh pun dia rela untuk mempertahankan kamar no 19 ini.
Ji Ho ingin Se Hee membuka dirinya. Bertahun-tahun Se Hee menutup diri, menikmati kesedihan dan kesendiriannya sendiri, di kamar no 19 miliknya. Ji Ho ingin tahu dan mengenal bagaimana sebenarnya perasaan Se Hee. Tapi Ji Ho tidak ingin memaksa, JI Ho ingin Se Hee mau membuka hatinya karena percaya dengan Ji Ho.

4.  Kebiasaan Woo Su Ji tidak mengenakan pakaian dalam, (((bahkan di kantor))), ternyata berujung dari ketidaknyamanan Su Ji pada saat mengenakan pakaian dalam. Bukan sekedar karena alasan melelahkan. Dibahas juga ternyata ada beberapa orang yang memiliki ukuran yang tidak standar, salah satunya Su Ji. Yah tentu saja semua orang memiliki ukuran yang berbeda-beda. Namun ada orang-orang yang benar-benar memiliki kombinasi ukuran yang tidak standar. Kisah ini membuatku berpikir juga, apakah selama ini aku menggunakan ukuran yang  sudah pas, atau menerima saja meski kadang tidak nyaman?
Di akhir cerita, ternyata kesulitan ini menginspirasi Su Ji untuk membuat bisnis pakaian dalam atas pesanan. Menarik ya, betapa hal-hal sungguh dipikirkan penulis untuk mendukung ceritanya.

Pertama kali aku melihat rumah atap milik Won Seok dan Ho Rang, aku langsung ngefans berat. Membayangkan melamun sambil memandangi lampu-lampu di bawah sana. Apalagi kalau ditemani orang tersayang. Ehemm lope lope kan!

                                          

Secara keseluruhan, drama ini bercerita tentang kisah-kisah yang banyak dialami generasi di rentang usia dewasa (28-38 tahun). Cerita tentang mengejar karier, tapi juga disibukkan dengan kekhawatiran soal segera menikah.

Menemukan seseorang yang akan menjadi teman hidup tidak pernah menjadi bahan cerita yang basi. Ada saja angle cerita yang masih bisa dikembangkan. Drama ini menurut aku, berhasil mengangkat kisah ini dengan manis. Sungguh, menurutku drama ini salah satu yang terbaik di genrenya.

Comments

  1. Gmn rasanya gk pake daleman yah. Kalo di rumah sih sering

    ReplyDelete
    Replies
    1. nah, barangkali masalahnya di ukuran juga?? :)

      Delete
  2. Kalau saya sebenarnya kurang fanatik drakor, kecuali filmnya kali ya, itupun juga ga fanatik2 banget.
    Artis2nya sih lucu, aktornya kurang melekat di hati, soalnya saya emang sukanya laki yang macho dan wajahnya gak cantik *eh wkwkwkwk

    Tapi tetep saja kadang saya tergoda ama temen2 yang suka bahas drakor, padahal saya udah tau banget, hampir semua drakor tuh bagusnya di awal2 doang, pertengahan tuh udah anyep atau hambar, dan endingnya ya gitu deehhh

    Dasar emang saya angkatan tuwah, saya lebih suka drakor jadul kayak winter sonata dan semacamnya.
    Sama kayak sinetron Indonesia, dulu lebih berkualitas ketimbang sekarang.

    meskipun emang drakor zaman sekarang juga keren di awal2 episode nya :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe kembali ke selera sih :)

      belakangan aku juga baru tahu, mungkin selama ini kurang suka drakor sebabnya karna salah segmen! yang seringnya ku tonton yang segmen usia 20-30. Nah, serial ini salah satu yang menyasar ke segmen 30 something, which is ME :)) makanya cerita dan bahasannya lebih pas ke dirikyu.. coba deh di pilih-pilih lagi serialnya, mungkin bisa dapet serial yang ceritanya lebih pas :)

      Delete
  3. Aku juga sudah nonton drama ini, awal-awal sih kurang tertarik karena cowoknya kurang menarik. Tapi, ternyata cowoknya keren. Eh, beda gitu karakteristiknya. Bikin lucu saja jatuhnya, padahal dia kaku.
    Terus ceweknya cocok jadi pengganggu si cowok. Haha...

    Kalau soal pakaian dalam, ehmm... ada kok memang kak sebenarnya yang ukurannya beda dari ukuran normal. It's real.

    ReplyDelete
  4. Jadi pengen nonton drakornya

    ReplyDelete

Post a Comment

Halo, terima kasih sudah membaca. Tinggalkan komentar ya, biar aku bisa balas BW 😊

Popular posts from this blog

Kecombrang, Pemilik Aroma Segar Dan Rasa Khas Dari Hutan Indonesia

14+ First Love (2015), Kisah Cinta Pertama dari Sinema Rusia

Menikmati sistem transportasi di Jakarta, sudah keren banget!