Becoming a Minimalist

 


Sudah hampir empat tahun ini aku hijrah menjadi seorang minimalist. Di 2018 pertama kali mengenal soal minimalism, aku langsung jatuh cinta kepada konsep gaya hidup ini.

Buat teman-teman yang belum tahu, gaya hidup minimalis bukanlah memiliki barang sesedikit mungkin. Bukan juga hanya soal memilah barang, menjual atau menghibahkannya. Apalagi ada yang bilang menjadi minimalist tidak bisa menikmati hidup. Bukan.

Buatku, menjadi minimalist adalah menjadi diri sendiri yang sesungguhnya.

Aku memang tidak memiliki semua barang yang kuinginkan, tapi aku memiliki barang-barang yang tepat, yang sungguh-sungguh aku sukai dan aku butuhkan.

Gaya hidup ini sangat personal, karena akan berbeda untuk setiap orangnya. Tidak ada standar khusus yang harus dicapai untuk menjadi seorang minimalist. Tidak ada benar atau salah dalam minimalism. Aku hanya menjadi diri sendiri yang lebih bahagia 😍😍😍

Aku masih berbelanja baju atau barang-barang yang lucu. Bedanya aku hanya membeli barang-barang lucu yang benar-benar akan aku pakai. Bukan sekadar dibeli lalu ditumpuk di pojokan kamar. Bukan sekadar karena ada hadiahnya. Bukan juga karena teman-teman yang lain juga membelinya.

Aku masih mengoleksi buku fisik ~karena tidak ada yang bisa menggantikan romantisme buku fisik. Tapi aku tidak lagi menyimpan buku-buku yang tidak pernah selesai dibaca karena isinya tidak kusukai, atau buku-buku yang kurasa tidak relevan lagi.  Karena aku masih membeli buku, dari waktu ke waktu aku selalu menyortir buku mana yang benar-benar kusukai. Yang tidak lolos audisi, kuhibahkan agar menemukan soulmate-nya sehingga takdirnya sebagai buku terpenuhi 😊😊😊

Aku masih memiliki beberapa peralatan elektronik yang aku butuhkan. Meski aku bukan seorang gadget freak dan nggak canggih sama sekali, but I love gadgets in terms of them helping me. Menjadi minimalist tidak membuatku anti dengan teknologi terbaru, justru dengan teknologi yang bisa membantu banyak pekerjaan, waktuku yang berharga bisa kugunakan untuk mengerjakan hal-hal yang lebih kusukai. 

Menjadi minimalist juga menyalurkan obsesiku akan kerapian. Aku seperti menemukan sahabat lama, yang mengerti kenapa keteraturan itu sangat melegakan hati πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚

Dan juga mempertemukan aku dengan foodprep, keteraturan di seksi dapur. Ah, aku jadi mulai menyukai kegiatan memasak πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†

 

***

 

Lalu, apakah aku sudah menjadi minimalist?

Aku rasa iya.

Karena ini adalah sebuah perjalanan panjang, dan aku sudah memulainya. Gaya hidup minimalis adalah tentang kesadaran, atau istilah kekiniannya mindfulness. Secara sadar memilih langkah apa yang akan kuambil pada setiap persimpangan.

Apakah hal ini akan kusukai dengan sungguh-sungguh?

Apakah memilih ini karena aku menginginkannya, atau orang lain yang membuatku ingin?

Apakah aku mengambil sikap ini karena diriku yang mau, atau karena membutuhkan validasi dari orang lain?

Aku menjadi lebih sering bertanya kepada diri sendiri tentang pertanyaan yang paling penting:

Apa yang sebenarnya hati ini inginkan?

Dan aku menyukainya jawaban-jawabannya πŸ’“πŸ’“πŸ’“


Baca juga: Goodbye, Things by Fumio Sasaki

Comments

  1. wow, congrat ya udah 4 tahun aja menerapkan hidup minimalist. aku sih kurang paham dengan konsep minfulness, tapi aku dari dulu paling gak suk abanyak barang dirumah. klo bisa ya gak banyak banyak, bukan apa-apa repot ngebersihinnya. sebulan sekali minimal aku rapihin dan bersihin dapur dan segala isinya, buang-buang atau ghibah hin yan gak perlu. termasui mainan, baju anak-anak waktu bayi sampai perintilan yang gak penting. sampai-sampai kalo general cleaning rumah ibuku juga sama, walo akhirnya kena marah karena ada barang yang ibuku selalu simpan malah aku buang, semisal kemasan plastik atau box kardus yang udah gak dipake, hihihihi. ini termasuk minimalist lifestyle gak sih?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihihi semangat ya klo disuruh buang2, aku pun demikian πŸ€ͺπŸ€ͺ tp blm sukses memprovok ibuk wkwkwk

      Kayaknya teh Eka deep down inside sudah minimalist deh 😊😊😊 awalnya aku juga begitu teh, suka sama yg rapi dan teratur. Lalu merasa kok barangnya kebanyakan ya, bisa dikurangi gak sih. Dari situ lah dimulai perjalanannya, sampai akhirnya bertemu istilah minimalis ❤

      Delete
    2. alhamdulillah, aku udah termasuk geng hidup minimalist, hihihihihi
      dulu sih gak ad aistilah begitu, pokoknya suka rapih, bersih dan minim barang aja.

      Delete
    3. Hihihi iyaa, konsepnya dr dulu sudah ada ya sebenarnya, hanya saja sekarang semua serba dibuat labelnya 😁😁

      Delete
  2. kalau saya sedang belajar minimalis dan hidup minim sampah. kan lumayan ngirit ya. nggak boros. hehe.

    aku juga tertarik sekali dengan desain rumahnya fumio sasaki. kasur ditaruh di bawah tanpa dipan. benda-benda juga sedikit banget di rumahnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ah soal sampah ini masih peer banget dah buat aku. Masih belajar memilah sampah, krn mulai memasak sendiri di rumah 😁 iyaa fumio memang inspiratif bgt sih dengan ide2nya, sukak bgt dengan penulisannya di buku itu ❤

      Delete
  3. Jangan jangan ngikutin blognya joshua becker juga ya mbak tik? Judulnya kek nama blognya dia. Hihi


    Jadi kita tuh kayaknya emang udah minimalist sejak awal ya. Cuma beda konsepnya dulu sedikit ya karena ga suka kbnykn barang aja, kalau skrg ternayata ada hal2 lain yg dipertimbangkan kayak needs orang wants, nyaman nggak, sustain nggak. Dll

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oiya? Hahaha nggak sengaja nih 😁😁 wah malah dpt referensi baru nih, tengkyu yaaa 🀠🀠

      Iyaaa, sbnrnya secara konsep udah ada ya, cuma baru didefinisikan saja menjadi minimalis 😁

      Delete
  4. Aku sedang berusaha utk bisa lebih minimalis dlm urusan barang mba. So far sih aku memang ga suka numpuk barang yg ga terpakai. LBH bgs aku hibahin ATO buang sekalian. Selain bikin rumah berantakan, takut Ama hisab di hari akhir hahahahaha. Kan sama aja mubazir.

    Tapi memang blm bisa 100% begitu. Apalagi suami ga mendukung. Paling suka deh dia belanja ntah apa2 -_- . Koleksi sepatunya aja udh menuhin lemari sepatu sendiri. Cm kdg kalo orangnya sdg inget, sepatu yg menurut aku udh lama ga dipake, aku hibahin tuh :D. Daripada ga kepake. Orangnya juga ga sadar kalo bbrp sepatunya udh berpindah tempat :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha saking banyaknya sampe gak hapal kalo ada yg berkurang ya :D

      Nah iya mbak, godaan utama kayaknya dari hobi sih. Aku tuh suka banget acara belanja. Kelilingnya, milih-milihnya, lalu berujung beli barang. Duh, ini yang susah menahan hasrat wakakak. Tapi semakin kesini semakin terlatih sih untuk nanya diri sendiri, beneran kepakai nggak nih. Untungnya juga lagi corona ya, jadi otomatis acara window shopping berkurang :D

      Delete
  5. Wawww! Kak Tika udah 3 tahun jadi minimalis πŸ‘πŸ»πŸ‘πŸ» keren bangettt! πŸ₯Ί
    Aku menyadari betul perubahan gaya hidupku pribadi setelah mengenal gaya hidup minimalis ini dan setuju sama beberapa poin yang Kak Tika sebutkan di atas. Intinya, menjadi minimalis bukan artinya jadi nggak punya apa-apa, tapi apa yang kita punya adalah yang benar-benar kita butuhkan dan kita pakai. Selain jadi lebih rapih, dompet juga banyak tertolong ketika menjalani gaya hidup ini yak wkwkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyaaa bener Liaa, nggak kerasa setelah ngecek di postingan blog, ternayta sudah hampir 4 tahun :D

      betul banget. tos deh Lia, aku juga merasa lebih terarah dan terencana di sektor belanja2 hihi dasar cewek kan ya, kadang suka belanja dengan alasan2 yang sedikit absurd wkwkwk, tapi sekarang sudah mulai sadar :D

      Delete
  6. Halo mbak, apa kaabr? :D
    Aku juga menerapkan hidup minimalis, krn memang tidak punya banyak barang apa-apa di kosan hahahaa :((

    ReplyDelete
    Replies
    1. *cuma kasur, laptop, dan beberapa buku ehehe

      Delete
    2. bener tuh Do, meski nggak banyak barang, tapi sudah merasa cukup karna memang cuma itu yang dibutuhkan, tjakepppp :D

      Delete
  7. Congrats ya udah bisa bertahan dan seems like enjoying living a life as a minimalist.

    Berarti kalau ditanyain buku-buku yang masih disimpen judulnya apa aja bisa jawab kan? Atau berapa banyak baju di lemari dan apa aja jenisnya 🀭

    Hehehe...ya becoming minimalist itu emang bukan kompetisi dikit2an barang sih. Tapi cara supaya lebih aware ketika mau milah milih barang yang mau dibawa masuk rumah.

    Menjadi minimalist juga bukan endingnya, tapi langkah awal untuk menjalani hidup yang lebih mindful.

    Bukan begitu?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi Kak Primaaa ^0^

      iyaaa, tak terasa sudah lama jadi minimalist. Baru nyadarin karena ngecek postingan blog tentang minimalis kapan sih yaa,, eh ternyata time flies tho :D

      iyaaa, sejauh ini masih fun dengan jadi minimalis. Langkah jadi ringan, waktu jadi efektif, karena memang gak banyak barang yang harus diberesin. Gak ada barang yg mubazir krna gak kepake juga hehehe bikin hepi deh.

      Nah, sepakat tuh, minimalis bukan endingnya, tapi ini sebuah pintu baru untuk petualangan lainnya :D

      Delete
  8. minimalist masih menjadi cita-cita. sering gagal dalam realisasi. selesai seleksi buku, datang buku baru dari teman-teman. sering begitu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha never ending story yhaa.. aku juga merasa nggak bakal sampai finish sih. karena ya memang sebuah gaya hidup, jadi bukan garis finish, yok bisa yok, kita pasti bisa :D

      Delete
  9. Semenjak saya buka usaha dulu, gaya hidup minimalist ini udah pelan2 saya terapkan. Alasannya tentu karena bulan depan belum tentu ada penghasilan yg sama. Jadi walau penghasilan bulan ini lumayan besar, gak boleh beli2 yg gak penting. Jadi sekarang macam tas pun saya cuma 1 tas yg lumayan besar (brand tas yg saya beli memang udah sepaket dg tas kecilnya yg bisa untuk bepergian dekat). Sepatu pun cuma 2 kasual dan formal. Lalu untuk baju dll, pokoknya harus cukup dalam 1 bagian lemari kiri dan kanan (bukan 1 lemari ya). Artinya kalau saya beli baju baru, harus ada yg dihibahkan andai box lemari udah gak muat. Hidup minimalist itu mudah, asal gak peduli bacot orang yg ngomentarin: kok bajunya itu2 mulu, kok tasnya gak ganti, dll

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha aku bisa paham poinnya mbak Nita :P

      aku sendiri mengartikan hidup minimalis adalah punya barang yang benar2 kita sukai. Kalau kita memang suka koleksi tas yang lucu-lucu, go ahead! Silahkan punya tas satu lemari, as long as it makes you happy. Tapi kalau sudah mulai kerepotan dalam merawat atau menyimpan. mulai mengeluh, then you should stop. Itu sih mbak patokan aku.

      Aku sendiri masih suka beli-beli sepatu, karna aku sangat suka sepatu, dan betul-betul kupakai dalam berbagai kesempatan. Aku nggak merasa keberatan soal merawat, dan nggak merasa kesulitan dalam menyimpannya. This is what i love to have, and that is totally okey :D

      Delete

Post a Comment

Halo, terima kasih sudah membaca. Tinggalkan komentar ya, biar aku bisa balas BW 😊

Popular posts from this blog

14+ First Love (2015), Kisah Cinta Pertama dari Sinema Rusia

[REVIEW BUKU] My Sister’s Keeper by Jodi Picoult

Menyambut Hari Tua dengan Memiiliki Asuransi Berbalut Investasi