Kim Ji-young Adalah Kita, dari Kim Ji-young, Born 1982 (2019)
Kim Ji-young, seorang ibu rumah tangga usia 30an, dengan
satu anak balita. Tinggal di sebuah apartemen kelas menengah, kesehariannya
mengurus suami, anak, dan rumahnya. Suaminya bukanlah laki-laki yang cuek dan
tidak mau tahu dengan urusan anak dan rumah tangga. Justru diceritakan suaminya
sangat membantu dan pengertian dengan pulang cepat dari kantor.
Itulah gambaran yang aku dapat selama 10 menit pertama film.
Singkatnya, di permukaan, hidupnya tidak ada masalah. Masalah ekonomi tidak
ada. Kekerasan dalam rumah tangga juga tidak ada, suaminya malah kelihatan
sayang banget dengannya. Anaknya sehat, tidak kurang suatu apa.
Tapi yang tampak nyata adalah, Ji-young terlihat kelelahan,
dan tidak bahagia.
Ada apa dengan Kim
Ji-young?
Di sepanjang film, dijelaskan latar belakang kehidupan Kim Ji-young.
Masa kecilnya, interaksi di keluarganya, karir profesionalnya, dan yang terkini,
hubungannya dengan suami dan keluarga mertuanya.
Yang dapat aku simpulkan adalah Kim Ji-young merasa dirinya
bukan siapa-siapa. Tidak berprestasi, juga tidak berpenghasilan. Merasa hanya
seorang perempuan, yang mengurus anak dan rumah tangga, secara finansial bergantung
pada suami, menurut apa kata suami dan mertuanya. Singkatnya, dia merasa tidak berdaya.
Aku ingat sepotong adegan di taman, ketika Kim Ji-young
sedang bersantai minum kopi, menemani anaknya. Dia menjadi sangat gusar
mendengar sekelompok pekerja kantoran yang julid tentang ibu rumah tangga yang
enak-enakan menghabiskan uang suaminya. Hanya mendengar itu saja, bahkan bukan
tentang dirinya, Kim Ji-young bergegas meninggalkan taman itu.
Apakah salah menjadi
ibu rumah tangga dan bergantung pada suami?
Tentu saja tidak. Menurut aku pribadi, menjadi ibu rumah
tangga, fokus mengurus anak tanpa harus pusing bekerja menghasilkan pendapatan
tambahan, adalah sebuah privilese. Hak istimewa. Kenyataannya di luar sana, sebagian
ibu bekerja bukan karena mengejar passionnya, tapi lebih ke kebutuhan hidup.
Masalah mungkin akan muncul ketika si Ibu sudah terbiasa
bekerja di masa lajangnya. Tiba-tiba dihadapkan pada kenyataan, tidak lagi
berpenghasilan, lebih-lebih harus minta sama suami. Kaget dengan keadaan yang
baru.
Atau kaget karena kehidupannya hanya berputar di mengurus
anak, suami, dan rumah. Menjadi orang pertama yang bangun di pagi hari, mungkin
yang terakhir tidur di akhir hari. Pekerjaan di rumah yang 24/7, tanpa batasan
jam kerja. Bahkan untuk me time pun
jarang bisa didapatkan.
Atau suami yang tidak diragukan kebaikan hati dan cintanya
pada istri, namun sepulang kerja lupa mengajak ngobrol istrinya. Beliau lupa
bahwa istrinya, seorang perempuan yang punya misi bicara sebanyak 20 ribu kata dalam sehari. Kalau
misi ini gagal, bisa gelisah dan tak tentu arah.
Kejadian Ini aku tahu karena
seorang sahabat pernah mengeluh padaku. “Aku butuh ngobrol dengan orang dewasa.
Temanku di rumah cuma anakku yang masih balita.” Sedih banget dengernya 😓
Kebutuhan dihargai
dan diakui
Banyak orang mungkin meremehkan perihal ketidakberadaan,
atau non eksistensi. Perasaan merasa kurang dianggap atau kurang dihargai,
karena kurangnya pengakuan dari pihak eksternal.
Dalam Teori Kebutuhan Maslow (Hierarchy of Needs), kebutuhan
akan pengakuan dan penghargaan ada, setelah kebutuhan fisiologis, kebutuhan
akan rasa aman, dan kebutuhan dicintai sudah terpenuhi.
Dalam kisah Kim Ji-young, tiga kebutuhan pertama sudah
terpenuhi. Karena kebutuhan di bawah sudah terpenuhi, Kim Ji-young mulai
berusaha mengisi kebutuhan keempatnya. Tapi dengan statusnya yang sekarang, dia
merasa tidak berharga. Saat bertemu dengan teman dari kantor lamanya, ada
perasaan iri akan kemajuan karirnya.
Sebagai istri dan ibu, dia sudah merawat dan melayani suami
dan anaknya dengan baik. Sebagai anak dan anak menantu, dia sudah mengabdi
dengan baik. Namun sebagai seorang perempuan, sebagai dirinya sendiri, Kim
Ji-young merasa tidak ada yang prestasi yang bisa dibanggakan.
Aku pribadi pernah mengalami hal ini. Yaitu ketika resign
sebagai pekerja kantoran untuk menjadi pekerja freelance. Kerap kali ketika ditanya pekerjaan dan aku menjawab
sebagai freelancer, orang-orang
mengangkat alis dan bernada merendahkan. Seolah-olah aku ini bukan bagian dari
institusi manapun yang patut dibanggakan. Orang-orang yang bekerja kantoran
bisa dengan bangga menyebut nama kantornya yang terkenal sejagad raya, dan
voila, levelnya langsung naik deh 😓
Hlo kok jadi curhat ya hehehe.. Aku pribadi sempat terusik sih. Ternyata segininya ya, ibaratnya tanpa status institusi, aku jadi dipandang sebelah mata. Tapi semakin kesini, aku sudah tidak terlalu
mengindahkan sih, karena memang ini sudah pilihanku. Aku toh tidak ingin
diidentikkan dengan pekerjaanku. Aku adalah aku, bukan dimana aku bekerja, barang
merk apa yang aku pakai, dst. Tapi kenyataannya adalah, masyarakat kerap kali menilai
orang lain dari label-label tersebut.
Kembali ke Kim Ji-young, aku bisa memahami yang dia rasakan.
Tapi mungkin karena pengabaian perasaan yang berlarut-larut, berbulan-bulan, Kim
Ji-young telah sampai di tahap depresi. Sering berhalusinasi, atau bahasa yang
digunakan di filmnya, kerasukan.
Di bagian lain film, diceritakan juga sisi lain dari
suaminya, ahjussi Gong Yoo yang menawan 😍😍😍 Bahwa sebagai pasangan, suami Kim Ji-young sangat perhatian, dan telah menyadari perubahan istrinya. Namun tidak semudah itu, karena dia juga kebingungan bagaimana cara memberi
tahu istrinya tanpa menyakiti hatinya. Bagaimana memberi tahu keluarga tanpa menyudutkan istrinya.
Terisak di bioskop
Kuakui aku ini cengeng. Sering banget aku diledekin teman-teman
karena menangisi film, tapi levelnya cuma menitikkan air mata ya. Cuma ada 1
film yang sukses membuatku terisak. Bahkan ketika menonton ulang filmnya, aku
kembali terisak, judulnya Reign Over Me.
Film ini adalah film kedua yang sukses membuatku terisak di
bioskop. Serius, aku nangis tersedu-sedu di dalam sana. Beberapa kali pula.
Sumpah, bukan aku aja kok. Karena bioskop tidak penuh, di
sana sini terdengar suara isak tertahan.
Seperti biasa, keunggulan sinema Korea adalah mengangkat
tema besar keluarga. Ngaku deh, kalau sudah bercerita tentang keluarga, gak
sedikit dari kita pasti tersentuh kan?
Selain dekat juga dengan budaya kita, soal diskriminasi, ah masih jamak lah mendengar kisah-kisah ketidakadilan sistem patriarki di lingkungan dekat kita. Tidak melulu hanya di rumah tangga, juga di karir dan pekerjaan.
Adegan demi adegan terasa dekat, nyata, dan benar terjadi di
kehidupan kita. Semua diceritakan dengan alami, tidak berlebihan. Hubungan Kim
Ji-young dengan suaminya. Sikap tunduk dan hormatnya pada mertuanya. Kedekatan dan
keakraban di keluarganya juga terasa hangat.
Tidak ada tokoh hitam atau putih di sini. Mertuanya tidak
jahat, hanya menjadi seorang Ibu kebanyakan, yang super sayang pada putranya.
Suaminya sangat sayang pada Kim Ji-young dan putrinya. Dia hanya
tidak tahu bagaimana caranya menghibur atau mencari jalan keluar terbaik buat
istrinya. Dia bahkan datang dulu ke psikiater untuk mengetahui lebih jauh
kemungkinan penyakit istrinya. Dia juga sempat curhat ke teman kantornya, meski
merahasiakan identitas istrinya. Dia mau mengambil cuti tahunan, demi istrinya
bisa kembali bekerja. Dia berusaha, sungguh berusaha.
Ibu Kim Ji-young juga seorang ibu yang berpikiran maju. Meski
ayahnya cukup kolot soal laki-laki dan perempuan, Ibunya lah yang selalu
membela anak-anaknya, mengingatkan bahwa mimpi seorang anak perempuan juga
penting, sepenting mimpi anak laki-laki.
Beruntungnya Kim Ji-young dikelilingi orang-orang yang cukup
suportif. Meski di awal tidak ada yang menyadari, namun dengan segala drama
yang terjadi, Kim Ji-young segera mendapatkan pertolongan.
Salah satu film keren
di 2019
Menonton film ini setelah mendengar banyak berita tentang
bunuh diri atau menyakiti anak kandung sendiri, adalah sekali lagi sebuah pengingat
bahwa masalah ini tidaklah sesederhana saran netijen untuk berdoa mengingat
Tuhan. Ini adalah masalah kita semua. Semua orang, laki-laki atau perempuan
bisa mengalaminya.
Bukan masalah kita kurang iman atau tidak dekat dengan
Tuhan. Ini adalah masalah tidak terpenuhinya salah satu kebutuhan dasar seorang
manusia. Ketika kebutuhan ini tidak kunjung terpenuhi, adalah naluri kita untuk
mengisinya, dengan cara apapun. Kadang bisa menyakiti diri sendiri, atau bahkan
menyakiti orang lain.
Imho, salah satu ciri film keren adalah yang bisa membuat aku
berpikir sepulangnya dari bioskop. Aku membawa sesuatu untuk pulang. Suatu hal
yang bisa kita pikirkan, kita rasakan, mungkin salah satu orang terdekat kita
membutuhkan pertolongan. Atau jangan-jangan, diri kita sendiri yang membutuhkan
pertolongan tersebut.
Go get help, and you can survive this!
Udah lama sih gak nonton film2 Korea. Tapi kayaknya menarik nih filmnya. Cuma sayang, sedang berhemat jadi belum ada budget ke bioskop. Nunggu muncul di situs streaming aja jadinya ��
ReplyDeleteHihihi iya kak. Menurut aku bagus banget filmnya buat pengalaman dan pelajaran.
Deletesalah satu temenku cerita kalo film inimemang baguuus. dan aku jd pengen nonton. sebenernya kasian dengan ibu2 di luar sana yg depresi karena merasa tidak berguna, merasa tidak dpt perhatian dr suami dan keluarga, apalagi tidak ada asisten yg membantu :(.sedih sih itu. dan aku bisa mengerti kenapa dia lama2 bisa jd depresi, dan melampiaskan ke anaknya. walo banyak org yg selalu aja menyalahkan ibunya, tp sbnrnya yg begitu itu ga bisa kita judge seenaknya :(.
ReplyDeleteIya mbak, terkadang kita memang tidak dapat membayangkan apa yang dialami orang lain. Apalagi kalau secara mental itu kan sangat pribadi, pengalaman tiap orang pasti akan berbeda.
DeleteFilm ini full informasi yak, kalau mau dibahas ada banyaaaakkkk banget yang penting.
ReplyDeleteSaking banyaknya, bisa menguntungkan film, bisa juga malah jadi menjemukan.
Menguntungkan, karena jadinya related banget dengan banyak orang, khususnya wanita.
Kalau saya malah lebih fokus kepada penyebab depresinya.
Sebenarnya, Ji-Young merasa tidak berguna itu hanya karena tuntutan hatinya ingin membahagiakan ibunya kali yak.
Dia melihat ibunya amat sangat tidak bahagia di masa kecilnya, melihat diskriminasi gender, jadinya sampai dia dewasa pun, dia seolah menolak keadaan.
Bagus banget sih filmnya, namun butuh diskusi yang lebih, karena takutnya disalah artikan oleh para wanita zaman now :)
Iya mbak, itu menunjukkan bahwa betapa kompleksnya ya perihal trauma dan depresi ini. Karena bisa diakibatkan oleh beberapa layer pengalaman di masa kecil, di masa remaja, dan di masa dewasa ya.
DeleteAku sepakat mbak, banyak banget yg bisa dibahas dari film ini. Aku juga sudah baca lo reviewnya mbak Rey 👌👌
Pengen nonton di bioskop dan menangis di sana soalnya sudah lama tidak lakukan hal demikian.
ReplyDeleteFilm itu banyak dibahas teman-teman dunia maya saya. Yah, bikin penasaran pengen menontonnya.
Saya juga merasa bersalah mengandalkan uang hasil keringat suami tetapi mau bagaimana lagi da posisi saya sedang tidak bisa bantu suami seutuhnya. Jadi, lakukan hal yang baik dan bisa dilakukan untuk mengembangkan diri demi kesehatan jiwa.
Iya mbak. Mungkin mindset yg harus ditanam adalah menjadi ibu rumah tangga bukan akhir segalanya ya. Justru kita bisa punya kesempatan untuk eksplor potensi kita yang lain tho 🙂🙂 semangat buat buibu yang pilihannya jadi IRT, masih banyak jalan ke Roma 🤠
DeleteCeritanya sangat menarik, yang belum banyak mengangkat tema ibu rumah tangga, memang suatu pilihan sebagai istri atau ibu rumah tangga yang hanya dirumah atau mau berkarir, tapi setidaknya walau hanya dirumah, selipkan kegiatan bersosialisasi agar tidak depresi atau bosan dirumah.
ReplyDeleteNahhh inini, harus lebih eksplor ya peminatan kita apa. Apa yg bisa dikerjakan di sela2 kesibukan di rmh. Karena bagi kita yang kerja kantor pun ada lho hari2 gabut, dimana kerjaan gak banyak dan santai banget. Dan itu gak enak banget kan. Jadi artinya gak melulu masalah IRT aja, masalah semua orang kalau kita nganggur 🤪
DeleteYa ampun pengen banget dah nonton film ini coz berhubungan dengan realitanya kehidupan ibu-ibu kebanyakan. Tapi inti dari film ini yang kutangka pentingnya eksistensi diri ya mbak. Mesti jadi ibu rumah tangga sebenarnya kita juga butuh pengakuan. Alhamdulillah aku dikenalkan dengan dunia menulis dan blogger. Jadi walaupun jadi IRT bisa tetap berkarya.
ReplyDeleteIya mbak, dari pengalaman orang lain, kita bisa belajar dan berefleksi diri ya. Yang penting harus tetap semangat dan jangan nyerah deh, pasti ada jalan keluar buat setiap masalah
DeleteKok jadi pengin nonton filmnya ya, hehehe. Kalau di Indonesia jadi sinetron yang penuh dengan bentakan mertua, disuruh cerai, dan sebagainya. Baca ulasannya, film ini kayak yang natural banget ya.
ReplyDeleteIya kak, sayangnya Indonesia belum sampai sini nih gaya berceritanya dalam film. Penokohannya hitam dan putih, dan masalahnya hanya seputar penganiayaan suami-istri, mertua-menantu. Semoga suatu saat bisa lebih kreatif ya dalam story telling nya
Deletewaw, dalem. kupikir tentang perjuangan yg meledak dan menye2, ternyata perjuangan yang amat dalam, antara suami istri.
ReplyDeleteaih berat tontonannya... gak sanggup nangis2 akutuuu
Entahlah mbak mungkin emang aku aja yang mewekan yaa 😅😅
Deleteakutuh jadi ingin pidato motivasi yang isinya "menulis dan jadilah blogger maka hidup kita sebagai emak - emak terasa lebih bahagia tidak sebatas sumur dapur dan kasur " wkkk
ReplyDeleteHahaha iya mbak, jadi motivator sesama perempuan itu pasti banyak dibutuhkan. Pastinya kita butuh motivasi2 positif biar gak mikir yg negatif aja
DeleteAku suka reviewnya mba nih. Terlepas dari pemainnya adalah gong Yoo, mengangkat tema self actualization perempuan juga ngena dan relate bgt ya.
ReplyDeleteAku juga sama kayak mba skrg jadi IRT plus freelancer karena ya harus urus anak dan freelance merupakan jalan terbaik untuk tetap waras dan berpenghasilan walau ga sebanyak gaji kantoran. Akupun kalo ga ada kegiatan lain selain IRT juga bisa stress mba 😂
Iya yang penting tetap semangat deh. Jangan lupa tujuan awal kita apa. Kemudian bergerak mencari solusi. Karna percaya deh, setiap masalah ada solusinya
DeleteIni pemeran favoritky 😍 si ganteng.
ReplyDeleteYa ampun super lengkap sekali review nya mom. Sering sering ya kak bahas drama korea hihihi
Hehehe makasih, tapi klo series aku gak kuat mbak komitmen waktu nontonnya sangat panjang. Klo film hayuklah, maksimal 3 jam 🤗
Deletespoiler banget tapi malah bikin aku pengen nonton, huhuhu. Apalagi ada oppa ahjussi Goblin, hehehe.
ReplyDeleteIyaaa aku juga ngefans sm ahjussi, tapi gak pengen teralihkan dari topik utama yang ingin aku angkat 😋
DeleteTernyata pesona Gong Yoo tetap ada dan seneng liatnya setelah sekian lama
Persis seperti temen aku kak, dia resign karena punya anak. Tapi kemudian curhat karena merasa gak berharga apalagi kalo buka medsos. Liat prestasi kawan2nya, dll.
ReplyDeleteTrus aku coba nasehati kalo apa yang ditampakkan orang2 hanya kebahagiaan. Gak ada yang tau kayak mana sesungguhnya kehidupan asli seseorang. Bisa saja ternyata orang itu sedang menyimpan kesedihan atau masalah besar.
Akhirnya ia mengerti.
Dan aku juga pernah stuck karena sejak menikah gak kerja plus gak bisa kemana-mana. Syukur sekarang udah punya komunitas positif dan kembali menulis. Jadi bahagia rasanya kalo ada sesuatu yang bisa kita lakuin
Sekalian dijak nulis aja kak, kadang nulis itu juga bisa jadi wadah aktualisasi diri lho
DeleteKim Ji Young
ReplyDeleteFilm drama korea terfavorit yang terkadang sukses buat menangis, salah satunya adik perempuan saya.
Pecinta film drakor yang rela duduk berjam-jam depan laptop saat film diputar.
Duhhh, lihatnya menangis terkadang terlihat lucu.
Rekomend nih buat para pecinta drakor yang belum tonton filmnya,pasti suka
Yeyy ayok nonton ajak adiknya 👌👌
DeleteKim Ji Young ini emang artis korea yang sangat berbakat ya.. Filmnya juga kece dan keren ya kak... Aku belom sempet nonton full semua filmnya dia..
ReplyDeleteKim Ji-young ini nama peran di filmnya mbak. Kalau nama asli pemerannya Yu-mi Jung
DeleteInsya Allah hari ini aku mau nonton huhu dah lama pengen nonton ini tapi belum sempat.
ReplyDeleteYeyy selamat menonton yaa
DeleteSaya banyak menemukan cerita sahabat2 yang resign dr kerjaanya trus (harus) memilih jd ibu rumah tangga full time mom, trus kok akhirnya menjustifikasi bahwa spt dirinyalah yg benar itu. Bahwa yg masih bekerja sepantasnya dikasihani, bukan krn dia suka, tp krn cari duitnya. Sehalus apapun membungkus kisahnya, kenapa ya dari cerita mereka sy masih ketemu perasaan "insecure" nya itu.
ReplyDeleteBtw, tfs rekomnya ya Kak Tika,, pingin nonton juga nih,, sesama penyuka nonton trus merasa haru dan tanpa sadar udah berlinangan air mata aja, hehe
Horee selamat menonton yaaa
DeleteIni film simpel tapi keren dan mendalam bangeeet. Mewakili perasaan wanita IRT yang kadang insecure dengan diri sendiri. Kaya aku dan teman kemarin bahas soal ini. Apalagi kalau suami di kantor termasuk punya jabatan atau selalu dibutuhkan. Itulah pentingnya ibu rumah tangga memberdayakan diri menurutku.
ReplyDeleteBetul sekali mbak. Justru ini waktunya kita untuk explor potensi diri yang lain. Bisa aja menemukan hobi baru yang bisa menghasilkan
DeleteDari ulasan Mbak Kartika, film ini sangat menarik. Dan secara cerita, film atau drama korea itu memikat dan sangat natural. Dalam kasus Kim Ji Young, sebenarnya masalah itu dia yang ciptakan sendiri, dan seharusnya dia yang segera cepat mengatasi atau mencari solusinya. hanya dia terlalur berlarut-larut dan akhirnya menyiksa dia sendiri.
ReplyDeleteBisa juga sih, sebagai orang terdekat, suaminya bisa membantu. Pastinya dia tahu dan merasakan apa yang dialami istrinya. Bicara dari hati ke hati, bisa mengatasi masalah. Apalagi faktor lainnya sudah didapatkan oleh Kim Ji Young. Tapi tetap semua tergantung Kim Ji Young. Karena dia yang lebih mengenal dirinya, termasuk potensi apa yang dia miliki yang bisa mengatasi masalahnya.
Betul sekali mas. Makanya aku salut juga di film diceritakan bahwa peran orang2 di sekeliling sangatlah penting untuk tahu lebih awal dan menyadari, sehingga bisa mencari bantuan profesional
DeleteHuhuhu aku pengen banget nonton film ini mbak, tapi maunya nonton sama suami jadi bisa diskusi bareng gtu. Manusia emang gtu, yang di rumah aja kadang pengen berkarir yang punya pekerjaan bagus pengen jd IRT. Yang pasti ini kyknya film bagus dan kyk real ya kalau baca review mbak dan temen2 lain yng juga mereviewnya :D
ReplyDeleteWah asik bgt kalo pasangan juga msu diajak nonton ya. Karena yang depresi tidak melulu pihak perempuan. Sebagai pasangan harus bisa saling mendukung
DeleteSosok yang kita banget, ya. Sekilas hidup enak dan nyaman, tapi kadang ada lelah dan sensitifnya. Sehingga hanya trigger kecil bisa meluap deh semua kekesalan yang awalnya tidak dirasa.
ReplyDeleteYa itulah ternyara trigger itu karena ketidakpuasan dalam diri. Harus ditemukaj penyebabnya sehingga bisa dicari solusinya
DeleteAku suka bgt sama film ini. Apalagi yg main gong yoo. Makin betah liatnya.
ReplyDeleteTema yg diangkat ini bagus bgt
Tos deh kak, sesama fans Gong Yoo
DeleteSaya cukup baca postingan ini aja deh. Kurang suka nonton film korea euy. Hihihi. Untung asik ceritainnya, jadi baca gini doang udah cukup ngeh. Gimana film ini yaa mengangkat tema yang sebenarnya kita semua alami..kita banget deh pokoknya.
ReplyDeleteWah aku tersanjung hehe yang penting pesannya bisa tersampaikan ya, karena ini sedang hypr banget isunya
DeleteAku belom nonton. Tapi dari ceritanya aku bisa merasakan apa yang Kim Ji Young rasa. Karena aku pernah ada di posisi itu. Merasa tidak berdaya, bukan siapa-siapa, tidak dianggap ada...Padahal orang lain melihat enggak ada apa-apa. Keknya mesti nonton nih aku pasti bakal terisak juga :)
ReplyDeleteHihihi iyalah klo suka film drama kudu nonton, pesannya ngena banget sih soalnya buat aku
DeleteJadi penasaran mau nntn nih apa lg pemainya si abang ganteng . Makasih ya mba infonya
ReplyDeleteSemoga suka juga ya mbak, selamat menonton ;)
DeleteAku baru tahu ternyata ada ya yg mikir seperti itu, kalau aku malah enak2 aja suami kerja, aku di rumah aja, klo bosen ya buka olshop aja, hehehe bagus nih filmnya, jd pingin nonton
ReplyDeleteHehehee kan tiap orang beda2 kak pilihan hidupnya. Makanya aku suka banget sama fil tuh, krna aku bisa lihat banyak sudut pandang. Sama seperti menulis, kita bisa ambil dari sudut pandang yg berbeda
ReplyDelete