Tradisi Piring Terbang, Resepsi Khas yang Mulai Ditingggalkan
Di cerita sebelumnya...
Untuk memenuhi undangan pernikahan seorang kawan di Klaten,
kami berenam –geng singlelilah- sepakat berangkat bareng sekaligus liburan
tipis-tipis. Berangkat Sabtu pagi dari Sidoarjo, jalan-jalan ke Pantai Banyu Tibo di Pacitan, ke Solo untuk menginap
semalam, Minggu pagi menghadiri resepsi di Klaten, dan akhirnya pulang ke Sidoarjo
di Minggu malam.
Cerita malam 1: Bakmi Jowo Bu Citro, Kuliner Malam Legendaris di Kota Solo
Tradisi piring
terbang
Setelah perut kenyang makan Bakmi Jowo Bu CItro, sudah waktunya kami untuk ke hotel. Kami
sudah diwanti-wanti supaya besok jangan telat. Undangan jam 9 pagi, datanglah
sebelum jam 9. Jadi penasaran, seperti apa sih resepsinya sehingga tidak boleh terlambat?
Jam 8 pagi kami sudah siap dong, sudah cantik dan ganteng π
Untungnya di penginapan kami dapat sarapan arem-arem dan teh
manis hangat, lumayan lah untuk mengganjal sampai makan di resepsi. Ini kok
jadi niat sarapan di resepsi yak?! π
Ternyata kami sudah telat datang ke venue, gara-garanya kesulitan
mencari tempat parkir. Untungnya banyak juga rombongan lain sesama telat. Semua
tamu undangan sudah duduk manis di kursi. Waduh gak enak nih harus permisi melewati
tamu lainnya.
Kesan pertamaku adalah wow ramai sekali tamu undangannya. Semua
tamu duduk di kursi yang disusun berjajar rapi. Setiap tamu yang masuk
langsung diarahkan ke kursi-kursi yang masih kosong oleh panitia. Refleks, aku
langsung mencari dimana pengantinnya. Oh itu dia, di kwade di depan sana. Masih
standar sih, duduk berenam di kwade, bersama kedua belah pihak orang tua.
Karena sudah diarahkan oleh panitia, kami berenam langsung
tertib duduk di tempat yang disediakan. Sempat celingukan mencari wajah-wajah
yang dikenal. Oh ternyata mereka datang duluan, jadi duduk di sisi seberang.
Acara juga sudah dimulai, diawali dengan doa oleh Ustad,
kemudian tausiyah/ceramah. Ceramahnya bercerita soal bagaimana kehidupan
pernikahan dan nasihat buat kedua mempelai. Disampaikan dalam bahasa Jawa
halus! Bagus deh hahaha, meski sedikit meraba dalam menangkap isinya, aku
mengerti sih guyonannya, karena bisa ikutan tertawa. Kebetulan Ustadnya kocak
sekali, jadi mempelai dan para tamu undangan terhibur. Keren juga ya acara begini,
pikirku.
Dalam hati aku mulai bertanya, ini kapan salamannya? Kok aku
merasa nggak sopan ya?
Eh tidak lama duduk, masing-masing kami langsung disuguhi sepiring
kue dan teh manis hangat. Loh ini ceritanya bagaimana? Kok sudah dapat makanan?
Aku jadi bingung sendiri. Beneran gapapa ini dimakan, tanyaku pada teman
sebelahku.
Untungnya dia anak asli Solo, jadi bisa menjelaskan secara
komprehensif. Ternyata resepsi begini namanya resepsi piring terbang, resepsi
khas di daerah sekitar Solo dan Jogja. Tamu undangan hanya perlu duduk manis,
menikmati acara, dan piring hidangan akan disajikan semua ke tamu undangan
seperti layaknya piring terbang. Ohhh gituu....
Jadi betul, selama si Ustad “stand up comedy” (asli, kocak
banget Ustadnya!) kami duduk manis dan makan terus. Setelah appetizer, datang
sup ayam sayur bening. Wah aku jadi menanti-nanti setelah ini menunya apa ya?
Sepertinya ini main coursenya. Aku bilang sih nasi campur,
isinya selain nasi ada ayam, telur, sayur, dan tidak lupa krupuk udang.
Terakhir, kami dapat es putar rumahan. Kesukaankuuuu ❤
Seperti datangnya makanan yang seperti piring terbang, para
panitia berpakaian batik bersiaga di sudut-sudut antara tamu. Siap siaga manakala ada priring
yang telah kosong, langsung dibawa ke dapur. Beneran ini seperti piring terbang
datang dan pergi wus wus wus.
Manajemen waktunya juga sangat oke lho. Saat desert a.k.a es
putar datang, Ustad menutup rangkaian ceramahnya. Ternyata es putar ini
juga sebagai penanda selesainya acara. Pelan tapi pasti para tamu undangan yang
sudah selesai makan mulai berdiri dan beranjak menuju kwade untuk bersalaman
dengan pengantin. Oh begini tho susunan acaranya....
Kami memanggil teman yang duduk di seberang. Lalu kita
barengan ke kwade untuk foto-foto dong.
Konsep Resepsi Piring Terbang
Karena penasaran, aku mencari perihal resepsi piring terbang
di internet. Ternyata konsep piring terbang ini sesungguhnya untuk menghormati
tamu undangan. Tamu dilayani seakan-akan bangsawan, disuguhi makanan dan
hiburan.
Mungkin maksudnya kalau di resepsi prasmanan kan tamu harus
antri untuk mengambil makanan. Kalau tidak beruntung, malah kadang gak kebagian
menu favorit. Nah di resepsi ini, dipastikan semua tamu dapat bagiannya dan
tidak perlu repot-repot antri.
Mengutip dari hipwee.com, dalam resepsi piring terbang makanan
disajikan dengan sistem USDEK, yaitu urutan
yang dipakai dalam penyajian makanan:
1. Unjukan: sajian minuman manis, biasanya ditemani
dengan kue-kue
2. Sup: sajian yang biasanya dikenal dengan nama
sup manten, sup khas yang isinya buncis, wortel, rolade, dan jamur
3. Dhaharan: sajian utama berisi hidangan berat, lengkap
dengan sayur dan lauknya
4. Es: sajian penutup berupa es putar atau puding
5. Kundur: artinya pulang. Setelah es disajikan,
artinya acara sudah selesai. Tamu bisa pulang setelah sebelumnya bersalaman
dengan kedua mempelai.
Menurut aku konsep resepsi piring terbang ini keren sih. Tamu
undangan jadi tertib dan bisa menikmati seluruh rangkaian acara. Semua orang pasti dapat tempat duduk dan makanan. Tamu undangan fokus mengikuti jalannya acara, tidak sibuk ngobrol
sendiri.
Mungkin kekurangannya bakal agak repot kalau kita datang
terlambat, seperti kami kemarin, jadi sungkan harus melewati tamu yang lain. Begitu juga kalau semisal perlu
pulang lebih awal, harus melewati
tamu-tamu lainnya ketika meninggalkan TKP.
Oiya, banyak disebutkan juga kalau tradisi ini mulai ditinggalkan. Sayang sekali ya kalau benar. Untung saja temanku ini masih pakai tradisi ini, aku yang dari daerah lain bisa belajar hal baru.
Perjalanan pulang ke Sidoarjo
Misi utama sudah selesai, waktunya pulang. Karena hari masih panjang, kami ingin mampir ke wisata yang sesuai jalur pulang ke Sidoarjo. Setelah berdiskusi, akhirnya diputuskan ke rumah Atsiri di Tawangmangu.
Babay Klaten, terima kasih atas liburan singkatnya π
Cerita selanjutnya ada di Rumah Atsiri: Berlibur Sambil Belajar
hehehe kirain ada atraksik piringnya dilemparin gitu. nice inpoh mba
ReplyDeleteMohon maap Bang, apabila ulasan kali ini kurang ektrem dan gayeng ππ
DeleteTradisi khas yang terkadang masih ada yang menggunakan meski tidak semua orang..
ReplyDeleteYaa mungkin itulah adat setiap daerah tentu punya makna tersendiri.ππ
Betul Bang. Sayang sebenarnya kalau sampai ditinggalkan ya. Tradisi itu kan kekayaan bangsa, tugas kita generasi muda nih yang harus menjaganya
DeleteIya mbak, kalau di Klaten emang gitu. Jadi orang punya gawe mantu di Klaten itu mesti menyediakan tempat yang luas buat menaruh meja dan kursi buat para tamu. Piring dan mangkuk juga jumlahnya banyak, memastikan setiap tamu mendapat makanan dengan sama rata.
ReplyDeletePas pertama mendatangi resepsi di Malang, sendirian dan acaranya di gedung, saya bingung. Kok baru datang sudah salaman, habis salaman langsung makan, nggak ada acara serah terima pengantin dan wejangan kayak di Klaten.
lah iya mbak, semenjak berkawan dengan teman Klatenku ini ~dia menyebut dirinya Coklat, Cowok Klaten wkwkwk~ aku banyak belajar budaya baru. Aku kan dari Jawa Timur, meski sama-sama Jawa ternyata banyak banget perbedaan ya. Aku juga baru tahu soal Lelayu, di Jatim kami gak mengenai Lelayu mbak
Deletebenar2 menghargai tamu ya. kalau konsep prasmanan kan jd rebutan, takut kehabisan.
Deletekalau istilah piring terbang di Pasuruan yaa cm rawon atau soto. udah
Nah bener ini mba. Aku pernah mengalami resepsi yang sudah disiapkan 1 tamu 1 piring, tapi cuma makanan utama saja ya, macam soto dan rawon. Pulangnya melipir lagi ke bakso kesayangan hahaha krna masih lapar
DeleteKalau daerah karisidenan Solo termasuk Klaten, masih ada sih mba tradisi piring terbang ini. Cuma ya jangan sampai telat datang wkwkwkkw karena ada waktunya buat bagiin makanan. Btw selamat berlibur dan menikmati Tawangmangu
ReplyDeleteHehe iya mbak, pantesan kami diwanti-wanti agar jangan telat. Kalau resepsi prasmanan kan lebih santai ya, pokoknya masih dalam jam yang tertera di undangan
DeleteWah....sebenarnya berarti enak ya para tamu terjamin dapat makanan dan minumannya hehehe. Piring terbang kalau diadakan terus seru juga. Biasanya abis salaman sama pengantin trus makan. Trus ada lagi yg salaman pamit pulang. Kalau aku kadang makan dulu baru salaman tergantung sikon hahaha π€£π€£
ReplyDeleteBener ya mbak, klo resepsi prasmanan kan bebas sesuka tamunya. Klo antrian salaman panjang, ya makan dulu wkwkwk
DeleteTapi klo aku selalu salaman dl sih biar klo poto2 msh kece hahaha
sakjane asik tradisi piring terbang ini.
ReplyDeletekita makan sambil duduk, sesuai syariat
tapi yaaaa, kalo di kota yg serba tergesa2, tamu2nya pada nggak srantan
Betul mbak, tertib ya, gak sibuk makan or ngobrol or malah mojok sendirian kasian wkkwk
DeleteYa ampun saya baru tahu ada tradisi begitu. unik banget ya datang ke kondangan berasa ke cafe, makanannya dihidangkan dan kita tinggal duduk manis.
ReplyDeleteSama mbak, makanya langsung berujar ini konten ini! Wkwkwk
DeleteDi kampung saya masih ada pernikahan model demikian. Ya menang ada plus minusnya. Tapi sejujurnya saya juga suka model piring terbang. Tidak perlu repot antri makanan..
ReplyDeleteKayaknya aku mau lagi deh diundang pirinhg terbang, apalagi kalo diisi acara yg "berisi" dan menghibur macam ustad komedi kemarin hihihi
DeleteSaya baru kenal tradisi ini juga setelah nikah dengan suami saya mbaaa, kebetulan keluarga besarnya ada di Solo, dan menerapkan hal serupa. Enaknya sih kita gak usah kemana-mana cari makanan, tingngl duduk manis. Tapi kalo kurang ini nih, masa minta nambah? wkwkwkk
ReplyDeleteNah ya ini mbak, peer banget kan wkkwk
DeleteEtapi kmrn kami request sosis solo (snack yg kita dpt di awal) buat sangu di jalan, berhubung yg nikah temen sendiri jadi gak malu minta2 wkwkkw
Wah aku jadi tahu juga tradisi piring terbang my. Meski pas baca judul Kirin piring terbang beneran kaya di perang keluarga #ups maksudnya piring dilempar, hehehe... Ternyata makan di resepsi pernikahan ya
ReplyDeleteHehe iya lucu ya namanya.
DeleteMalahan pas aku riset di google, yang banyak keluar soal UFO dan alien π€ͺπ€ͺ
Berarti nggak bisa ngambil sesedikit apa porsi yang kita mau ya. Juga nggak bisa milih makanannya ya? Heuheu...kalo aku mungkin mesti bawa lunch box kecil di tas biar makanan yang disodorkan nggak jadi mubazir nantinya :))
ReplyDeleteKalo aku kemarin merasa porsinya pas2 aja mbak. Krn hidangannya komplit dari appetizer smpai dessert jadi merasa kenyang di akhir. Bagusnya jadi gak laper mata sih mba kwkwwk
DeleteWaktu ngurusin tahlilan ibu mertua di Solo juga gitu
ReplyDeleteAda piring terbang πππ
Oh jd bisa diterapkan di acara selain pernikahan ya? Wah ini pengetahuan baru lagi nih mba
Deleteaku kira ada atraksi piring terbang gitu loh.. sampe baca dengan teliti takut ada yang terlewat. Tapi ternyata itu bukan atraksi ya tapi dilayani seperti di rumah makan. Eh, tapi kalo tamu VIP masih sih mengalami hal seperti ini
ReplyDeletehehehe memang lucu ya namanya.. tapi seru sekali karna panitianya jadi banyak banget, karena harus sigap mengantarkan makanan satu demi satu, lalu membawa piring-piring yang sudah selesai.
DeleteDari keluarga mamaku masih melakukan ini klo ad acara resepsi..
ReplyDeleteMeskipun kadang acaranya digelar di gedung
serius mbak, aku terkesan sekali dengan resepso jenis ini, menarik sekali menurut aku. Mungkin juga faktor pengisi acaranya menarik ya, kalau gak ya bakal bosen
DeleteAku kira lempar2an piring beneran hehe. Sy blm pernah melihat tradisi ini. Kearifan lokal dan tentunya Seru juga..
ReplyDeleteBetul Bang, keren tradisinya unik dan kekeluargaannya terasa
DeleteKekurangannya USDEK itu selain bakal malu datang terlambat juga ga enak mau pulang duluan (susah ini kalau ada musim kondangan dan kita dapat lebih dari satu undangan).
ReplyDeleteTerus satu lagi, kata suamiku kurang kenyang..kwkwkw.Karena menunya minimalis, maka kami biasa isi perut sebelum ke acara yang konsepnya piring terbang begini hihi
Oh gitu ya mbak. Bisa juga nih idenya. Habis kondangan mampir lagi ke warung bakso langganan ππ
DeleteBaru tahu tenrang tradisi piring terbang, bagus ya konsepnya, menghargai tamu banget, makan pun pasti duduk ya, nggak berdiri seperti standing party yang lagi hits
ReplyDeleteIya, menarik ya mbak. Tradisi di Indonesia memang sangat beragam ya, keren!
DeleteOala aku kira paan piring terbang. Ternyata menunya disajikan ya mbak oleh panitia, bukannya tamu ngambil sendiri kayak prasmanan. Jadi inget dulu pernah menghadiri bulekku nikahan di jawa, modelnya emang gini mbak.
ReplyDeleteHihihi lucu ya mbak namanya. Di Jawa sebelah mana mbak? Apa betul ya cuma di sekitar Jogja dan Solo saja? Karena asli saya dari Jawa Timur kagak ada beginian
DeleteSungguh beragam ya khasanah budaya bangsa terkait pesta adat pernikahan. Saya dulu pernah juga ikut acara serupa di kawasan Klaten juga. Benar² rapi smua ada panitianya. Nice Kak Tika,, jd tau akronim USDEK ya hehe... Informatif artikelnya, tfs
ReplyDeleteIya keren ya Kak Mia, kita harus bangga jadi orang Indonesia!
DeleteKalo di daerah Jawa tengah mungkin tradisi piring terbang sudah mulai jarang ya, tapi di wilayah Banten masih banyak kok tradisi seperti itu.
ReplyDeleteKita datang nanti disuguhi makanan dan minuman, ada juga yang prasmanan dan jika apes memang tinggal sedikit makanan nya karena udah ludes diambil yang datang duluan.π
Oh ternyata di Banten juga ada ya Mas Agus. Jujur di tempat asal saya di Jawa Timur fak ada resepsi begini. Jadi pengalaman pertama ini sungguh mengesankan
DeleteYa ampuun istilah baru lagi. Singlelillah. Hahaha..
ReplyDeleteSaya baca resepsi piring terbang nih ok juga loh. Berarti melatih tamu untuk ontime. Trus yg bingung, kalau yg datang terlambat, misal udah disaat org2 mulai salaman. Apa masih dpt sajian makanan?
Kalau nggak ya keren lah itu. Jadi makanan dicukupkan sesuai tamu.
kalau datang pas salaman ya sudah gak dapat mbak, wong acaranya sudah selesai. Malu juga kali ya kalau sampai berharap makanan. Ya setor muka saja sudah wkwkwk
DeleteWah tradisi yang unik, meski saya tinggal di Jogja belum pernah menghadiri acara resepsi seperti ini.
ReplyDeleteOwalah, berarti benar ya mbak, tradisi ini banyak ditinggalkan
Deletewah kalau udah gini harus dijaga nih sebuah tradisi...
ReplyDeletebetul mas, sayang banget kalau suatu saat nanti menghilang
DeleteSaya pikir beneran terbang piringnya. Sampai serius baca sambil siap membayangkan adegan piring digunakan juggling. Hihihi. Ternyata...
ReplyDeleteEh iya, ternyata istilah kwadee masih dipakai, ya? Saya cari referensi tentang ini, karena di Jepara dulu ada istilah ini dan sekarang banyak yang tidak tahu.
Di tempat asal saya, Jawa Tiimur, kami masih menggunakan istilah kwade mbak. Di artikel saya bahasakan sesuai saya, kalau sesungguhnya di Klaten gak tahu namanya apa hehe
DeleteAku deg-degan bacanya.
ReplyDeleteKirain ada sesi piring terbang beneran.
Mungkin karena ada orang berantem, muahahahha
You got me, Sis!
Good job!
Lho lho bentar bentar. Ini harus diluruskan. Judulnya ini bukan click bait ya hahaha memang namanya resepsi piring terbang :D
Delete