[REVIEW FILM] Real Women Have Curves (2002)

 


Ana Garcia adalah seorang gadis berusia 18 tahun yang tinggal di Los Angeles bersama ayah, ibu, kakek, dan seorang kakaknya. Ana seorang gadis yang cerdas. Ia sedang menunggu pengumuman diterima atau tidak di kampus pilihannya. Sementara menunggu, ia bekerja di pabrik tekstil milik kakaknya, Estella. Di pabrik ini Ana bekerja bersama ibu dan para pekerja perempuan lainnya.

Dalam kesehariannya, digambarkan Ana sering sekali berselisih paham dengan ibunya. Biasalah, ibunya tipikal ibu yang super cerewet. Yang selalu mengomentari Ana mulai dari badannya yang sedikit gemuk, Ana tidak perlu kuliah tapi cepat menikah saja untuk punya anak dan melayani suami, dan masih banyak lagi kritik-kritik yang datang dari jaman jahiliyah ๐Ÿ˜‚

Ana yang datang dari generasi sekarang selalu menjawab tidak mau kalah. Ana menjelaskan bahwa perempuan tidak hanya dinilai dari tubuhnya yang kurus, atau statusnya yang sudah menikah. Perempuan punya banyak hal lain yang istimewa, seperti pikiran dan ide-ide yang membuatnya berbeda. Tentu saja ibunya tidak setuju dengan hal ini, dan menganggap Ana sudah tumbuh “liar” dengan pikiran-pikiran modern-nya.

Ana tidak pernah menyerah dan selalu menjawab. Bahkan sering kali justru melakukan apa yang dilarang ibunya. Adegan-adegan seperti ini selalu sukses membuatku ngakak, karena terkenang masa-masa abege dulu ๐Ÿ˜‹

Aku rasa ini sih masalah klasik dengan orang tua generasi boomer yang suka mendominasi ya ๐Ÿ˜‚Istilahnya ada kesenjangan generasi. Jaman yang berbeda membuat sulit untuk memiliki pemahaman yang sama. Dijelaskan salah, didiamkan juga super ngeselin hahaha. I feel you, Ana.

Film ini terasa dekat karena budayanya yang dekat dengan kita di Indonesia. Hidup bersama dalam satu atap memang menyenangkan karena keluarga selalu ada di dekat kita. Diceritakan kedekatan Ana dengan ayah dan kakeknya sungguh menghangatkan hati. Dengan Estella, sang kakak, Ana tidak selalu rukun dan sentosa, tapi dasarnya mereka saling menyayangi kok.

Di film ini dikisahkan bahwa Ana lahir di sebuah keluarga Meksiko-Amerika. Menarik bahwa ternyata di belahan bumi yang lain (baca: di negara maju seperti Amerika), masalah yang dihadapi perempuan ternyata sama saja. Stigma-stigma yang ada pun hampir sama dengan yang kita hadapi di sini.

Bahwa kecantikan perempuan masih dinilai dari bentuk tubuh dan berat badannya; bahwa perempuan yang belum menikah adalah perempuan yang belum laku dan tidak berharga; bahwa keperawanan adalah cara menilai perempuan apakah baik atau tidak; bahwa perempuan tidak perlu sekolah tinggi, cukup menikah dan punya anak, maka utuhlah seorang perempuan; dan masih banyak lagi.

Oiya, yang juga membuatku tertarik menonton film ini adalah karena banyak memenangkan penghargaan, salah satunya Audience Award untuk kategori Best Dramatic Film di Sundance Festival. 

Aku selalu penasaran dengan film-film pemenang penghargaan, kira-kira apa yang menarik dari film-film itu. Salah satunya film ini, yang bagus banget menurutku. Temanya sederhana namun masih relate dengan masa kini. Btw film ini rilis di tahun 2002 lho. Kini dua puluh tahun kemudian, kita masih struggle dengan isu ini. Hiks, sedih ya.

Buat teman-teman yang tertarik menonton bisa cek di HBO ya. Biar tidak penasaran, simak dulu trailernya berikut ini:



Baca juga: [REVIEW FILM] Luca (2021) 




Credit foto:

https://th.bing.com/th/id/R.44213a155f94f09f95785bb7f1867008?rik=T4aB2IInUNDLsA&riu=http%3a%2f%2fimages.moviepostershop.com%2freal-women-have-curves-movie-poster-2002-1020246560.jpg&ehk=JZt2hA2zLS4qpYz%2bMEQ7TisUyuVLYFAcObmsZG9cSCg%3d&risl=&pid=ImgRaw&r=0

Comments

  1. Replies
    1. sama-sama Bu Tira, terima kasih sudah membaca :)

      Delete
  2. Nonton trailernya, aku langsung sukaaaaaa ๐Ÿ˜. Kliatan banget film zaman 90an ya mbaa... Jadi keinget masa2 abege juga jadinyaaa ๐Ÿคฃ. Iya sih, ini ceritanya relate banget Ama masa anak2 yg hidup di zaman itu. Jadi pasti ngerti rasanya, walopun menurutku anak zaman skr juga ngalamin. Cuma mungkin Krn yg jadi ortu udah generasi yg lebih modern drpd babyboomers, jadi ga jauh2 amat gap nya ๐Ÿ˜. Ntr mau nonton filmnya ah...

    ReplyDelete
    Replies
    1. nah ini aku baru nyadar juga, soal fashionnya 90-an banget yak hahaha, iya nih jaman2 masih kinyis2 dulu, jeans ala cutbray, tee shirt yang press body hahaha

      Delete
  3. Wah, ternyata di negara maju pun masalah yang dihadapi anak dan orang tua masih sama ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul ya mas, aku pikir juga begitu. Ternyata manusia sama aja sih dimana2 ya. Sama orang tua juga sering beda pendapat, mungkin sekarang beda pendapatnya sama netijen ya wkwkwk

      Delete
  4. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  5. Ternyata dunia tidak begitu luas kejadian di belahan dunia yang lain bisa terjadi juga di belahan dunia yang lainnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, ternyata masalah hidup manusia itu sama saja ya, mau tinggal di belahan bumi yang berbeda pun, ternyata ya itu-itu aja konfliknya. Makanya nonton ini pun berasa relate juga. Dasar manusia :-P

      Delete
  6. Kesenjangan generasi jg saya alami untuk pola asuh ke anak :(

    ReplyDelete
  7. hemm menarik stigma terhadap wanita memang dimana2 standartnya kaya gitu ya...hadeeh keadilan sosial untuk semua goodlooking

    ReplyDelete
  8. Saya dibesarkan sama nenek. Walau diminta untuk kuliah juga, tapi tetap nenek masih punya pikiran yg agak2 kolot gitu. Karir gak usah tinggi amat, dan cepat2 lah menikah. I said bodo amat, hahah...

    ReplyDelete

Post a Comment

Halo, terima kasih sudah membaca. Tinggalkan komentar ya, biar aku bisa balas BW ๐Ÿ˜Š

Popular posts from this blog

14+ First Love (2015), Kisah Cinta Pertama dari Sinema Rusia

[REVIEW BUKU] My Sister’s Keeper by Jodi Picoult

Mau Staycation atau Business Trip? Ini Bukti Cintaku, #PastiAdaOYO Jawabannya