Day 16: Minimalism, Are You In?
minimalist.academy.com |
Setahun belakangan ini aku mulai belajar merubah cara hidupku menjadi minimalis. Sudah pernah dengar sebelumnya tentang cara hidup minimalis? Sebenarnya banyak banget referensi mengenai ini. Namun kali ini aku akan coba bercerita ya, tentang perubahan yang aku lakukan.
Bahasa kerennya adalah Minimalism. Jadi cara hidup minimalis
adalah cara hidup yang berfokus pada memiliki barang-barang yang kita perlukan
saja. Awalnya aku mengetahuinya ketika kepoin akun-akun Instagram yang membahas tentang cara-cara menyusun barang. Karena aku terobsesi
dengan kerapian, aku sangat menyukai akun-akun yang membahas ini. Inspiratif!
Nah saat berselancar itulah, aku
menemukan akun yang membahas tentang minimalis. Pemilik akun ini mengunggah
foto-foto ketika dia mengatur ulang barang-barangnya, mana yang benar-benar
diperlukan, dan mana yang dimiliki karena kita sekedar menginginkannya. Diceritakan bahwa
awalnya dia juga mengalami kesulitan untuk menyortir barang-barangnya. Atas alasan
karena sayang semuanya, sehingga tidak tega untuk memilih kemudian menyisihkan.
Ternyata ada cara yang tepat,
yaitu mengelompokkan barang menjadi 2 bagian. Bagian pertama adalah
barang-barang yang masih dipakai dalam 6 bulan terakhir, bagian kedua untuk barang-barang
yang tidak dipakai dalam 6 bulan terakhir. Setelah dibagi menjadi 2 kelompok,
evaluasi lagi selama 3 bulan. Apabila tidak ada perubahan, maka kelompok barang
yang tidak pernah dipakai siap untuk dijual atau disumbangkan.
Menurut aku cara ini efektif sekali buat aku pribadi. Aku sendiri orang yang tipenya susah move on untuk barang-barang yang kumiliki. Meskipun sudah lama disimpan tapi tidak terpakai, selalu ada alasan, “mungkin suatu saat nanti perlu”. Untuk baju-baju yang sudah sempit, “ah siapa tahu nanti kurusan trus muat lagi”, dimana hari itu tidak kunjung datang π
Baca juga: Antara Buku dan Film
Menurut aku cara ini efektif sekali buat aku pribadi. Aku sendiri orang yang tipenya susah move on untuk barang-barang yang kumiliki. Meskipun sudah lama disimpan tapi tidak terpakai, selalu ada alasan, “mungkin suatu saat nanti perlu”. Untuk baju-baju yang sudah sempit, “ah siapa tahu nanti kurusan trus muat lagi”, dimana hari itu tidak kunjung datang π
Kebetulan saat itu aku juga mulai merasa kewalahan dengan barang-barangku sendiri. Karena dengan barang yang terus
bertambah, berarti aku membutuhkan lebih banyak ruang untuk menyimpan. Jadi menemukan akun tersebut adalah anugerah
buatku. Sungguh! π
Untuk memulainya kuputuskan akan kuawali
dengan menyortir pakaian. Sebenarnya kegiatan belanja pakaian bukan hobiku. Aku
tipe perempuan yang membiasakan diri untuk tidak belanja impulsif, demi tidak
menyesal sesaat setelah belanja nanti. Jadi kegiatan belanja biasanya aku agendakan
dan anggarkan agar tidak khilaf saat di toko π
Harusnya secara teori, koleksi pakaianku adalah hasil dari perencanaan yang matang, bukan? Ternyata tidak.
Harusnya secara teori, koleksi pakaianku adalah hasil dari perencanaan yang matang, bukan? Ternyata tidak.
Baca juga: Bucketlist 2019
Ternyata masih ada saja pakaian yang
jarang kupakai, bahkan sangat jarang. Alasannya bisa macam-macam. Dua alasan
utama, kurang nyaman saat dipakai dan susah dipadu padankan. Meski jarang
kupakai, tetap saja merasa berat untuk memasukkannya ke kelompok kedua. Namun setelah
melewati masa evaluasi 3 bulan berikutnya, aku pun belajar melepaskan. Aku pun
sadar karena secara fakta, ternyata aku tidak terlalu menyukainya. Hore,
barangku mulai berkurang, dan herannya aku tetap bahagia.
Tapi proses ini tidak berhenti di sini ya. Untuk membeli pakaian baru pun, aku jadi mikir dua sampai tiga kali. Apakah baju ini akan benar-benar kusukai? Sungguhkah akan sering kupakai? Yang kurasakam, aku menjadi lebih selektif dan bijak saat akan menambah barang.
Sekarang, aku akan beranjak ke
koleksi buku dan filmku. Pengennya sih bisa menyumbang beberapa buku dan film,
agar lebih bermanfaat daripada diam dan berdebu saja kusimpan. Nanti aku
ceritakan lagi ya hasil menyortir koleksi buku dan film. Sudah terbayang
beratnya, karena lebih banyak kenangannya euy!
I'm super messy and somewhat tend to hoard things (I'm a collector and into everything vintage π½π½). I have one room in my house which I've tried to clean (reduce the contents) for years to make it inhabitable but I kinda have given up this year (I don't even have the heart to throw away my piles of newspapers ((for Christ's sake they are literatures !!! ππΌπΎ)). Point is, one can always see things the other way around πΊπ» There's a point of keeping something, especially if you're into history πΉπΉπΉ It's like what's the point of keeping our house 24/7 neat if we miss the point of the possible huge inventions of mankind through its messiness? π½π½π½ I'm in the messy side ... like always π»πΉ
ReplyDeleteHi, you can always keep things as you please. Minimalism is very personal, and you are the one who really know about how you want it to be. The goal is to be happy with what you have. Cheers :))
ReplyDelete