Day 7: 5 Tempat Makan Favorit di Surabaya dan Sidoarjo



Kalau diminta menyebutkan cuma 5 tempat makan favorit, sedih akutu.  Susah banget kan untuk memberi peringkat. Bahkan untuk menentukan mana yang berhak menjadi nomer satu... ah dilema.

Jadi aku putuskan, lima daftar berikut bukan dibuat berdasarkan rasa atau harga ya. Tapi aku buat sebagai wakil dari setiap jenis makanan yang kusukai. Oiya, lokasinya juga aku kasih linknya, semua ada di Surabaya dan Sidoarjo πŸ˜ƒ

1.     Bakso Goyang Lidah di persimpangan Jalan Darmo Kali dan Jalan Progo, Surabaya

Sebenarnya ini kategori bakwan sih, karena ada tahu dan gorengannya. Menurut aku bakso (bakwan) kadar enaknya meningkat tajam kalau menyediakan mi kuning. Nah warung ini salah satu yang memiliki fitur mi kuning, Kuahnya bersih tidak berlemak, dan tidak mengandung terlalu banyak micin (karena gak mungkin gak pakai kan?!). Tahu dari mana tidak banyak pakai micin? Karena setiap selesai makan disana, aku tidak merasa selalu kehausan. Selalu merasa haus setelah makan menjadi penanda buatku bahwa makanan yang kumakan sebelumnya banyak mengandung micin.



Juaranya? Tahu goreng adalah juaranya. Harganya? Masih standar buat bakso enak (pakai daging sapi beneran), yaitu Rp12.000,- per porsi (harga terakhir di bulan Agustus 2018).  Lokasinya di pinggir jalan jadi agak terbatas ya lahan parkirnya kalau naik mobil. Tapi selalu ada Pak Parkir yang baik hati yang pasti menolong mencarikan tempat. Penasaran? Cus ke https://goo.gl/maps/nPV8SmoVndp


2.     Sate padang Ajo Tiar di Jalan Jenggolo (seberang Alun-alun Sidoarjo)

Siapa yang suka sate padang? Menurutku makanan ini salah satu keajaiban dunia kuliner. Buat yang belum tahu, sate padang menggunakan daging dan jerohan sapi. Berbeda dengan sate ayam atau kambing Madura (betulkah dari Madura?), bumbunya tidak menggunakan kacang tanah, namun dikentalkan dengan larutan tepung beras. Bumbunya mengandung rempah dan merica, sehingga dapat dipastikan setelah makan pasti keringetan.

Nah, sate padang Ajo Tiar ini rasanya pas di lidah aku dan keluargaku. Pemiliknya orang Padang asli yang sudah puluhan tahun merantau. Di antara beberapa sate padang yang pernah aku coba di area Surabaya dan Sidoarjo, di sinilah yang sungguh memberi kenyamanan itu. Rasa  khas Padangnya masih otentik. Harganya relatif terjangkau kalau tidak sedang bokek, cuma Rp24.000,- per porsi (harga terakhir di bulan Oktober 2018). Yang protes, ini daging sapi lho ya, bukan daging ayam πŸ˜†

Lokasinya di ujung gang di jalan protokol Sidoarjo. Kalau sedang ramai sekali, mendingan parkir di alun-alun kemudian menyeberang (niat ya? yes, been done).  Yang berada di sekitar area sini bisa merapat ke https://goo.gl/maps/L5erm7TFrL92


3.      Mi kedondong di Jalan Kedondong, Surabaya

Disini bentuk mi nya berbeda karena mereka membuat mi sendiri. Olahan mi bernuansa chinese food otentik, tidak disesuaikan dengan lidah orang Jawa Timur.  Mana juaranya? Bakso tahu gorengnya uwenak banget (pardon my language!). Disediakan juga versi bakso tahu rebusnya, sama uwenaknya, tergantung mood lagi pengen makan yang mana.

Harganya relatif cukup mahal untuk depot mi, yaitu Rp22.000,- (harga terakhir di bulan November 2018) untuk menu pangsit mi bakso. Tapi percayalah, it’s worth it.  Lokasinya di dalam sebuah gang yang hanya bisa dilalui motor, jadi kalau naik mobil harus jalan kaki ke dalam gang kira-kira 20 meter. Oiya di gang yang sama juga dijual leker jumbo yang endeus lho. Surga dunia kayaknya gang ini hahaha https://goo.gl/maps/pkA6DwgoVez


  
4.      Batagor dan Siomay Kartika Sari di Jalan Raya Sedati Juanda Sidoarjo

Please jangan tanya apakah aku pemiliknya. Suer, bahkan royalti nama pun aku tak kebagian, hiks...

Back to topic, Sebenarnya dari segi rasa tidak istimewa sekali. Masih banyak siomay dan batagor sejenis yang bisa dibandingkan sama enaknya. Yang membuatku suka kesini adalah suasana dan tempatnya. Makan batagor (aku lebih suka batagornya) dan es jeruk (oiya es jeruknya juara banget!) sambil melihat ke arah bandara Juanda. Melihat pesawat yang perlahan turun untuk landing, disapa oleh angin malam sepoi-sepoi, bersama orang-orang kesayangan. Uwuwu nyaman sekali.

Waktu favorit aku untuk kesana memang selepas maghrib, karena banyak angin dan tidak kepanasan. Setiap 5 menit pasti ada pesawat yang turun. Jika hari-hari sibuk seperti jumat malam, atau menjelang libur panjang, bisa-bisa setiap 3 menit ada pesawat yang turun. Hahaha sampai hapal kan ya saking favoritnya!  https://goo.gl/maps/a6ZotN7MLiJ2


5.      Martabak Noer M di Jalan Raya Nginden Surabaya (depan ex Universitas Kartini)

Sebenarnya ini bukan warung ya. Pak Noer berjualan dengan gerobak martabak yang biasa ditemukan di pinggir jalan lainnya. Menurutku keistimewaan martabak ini ada di bumbunya. Aku rasa bumbunya mengandung rempah yang berbeda dengan martabak lainnya. Martabaknya jadul, tidak fluffy seperti martabak kekinian, tapi telur dan dagingnya terasa, bumbunya meresap, enak lah pokoke.

Setiap ke Surabaya, aku pasti menyempatkan untuk mampir membeli oleh-oleh untuk di bawa ke rumah. Yok meluncur ke https://goo.gl/maps/fCwoaipMWo92


Comments

  1. Since all the info I got from you, and all the experiences have literally been with you (most likely in the future too 😹), I absolutely must ditto all these 😻😻😻

    ReplyDelete
  2. kangen surabaya, semoga bisa kesana lagi

    ReplyDelete

Post a Comment

Halo, terima kasih sudah membaca. Tinggalkan komentar ya, biar aku bisa balas BW 😊

Popular posts from this blog

14+ First Love (2015), Kisah Cinta Pertama dari Sinema Rusia

[REVIEW BUKU] My Sister’s Keeper by Jodi Picoult

Menyambut Hari Tua dengan Memiiliki Asuransi Berbalut Investasi